HomeInfo RohaniRenungan Suluh ImanSimalakama, si Mahkota Dewa

Simalakama, si Mahkota Dewa

Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. Filipi 1:22

Bagi kebanyakan orang, simalakama sudah terlanjur dikiaskan sebagai keadaan yang serba salah, katanya dimakan mati bapak, nggak dimakan mati ibu. Maka lebih baik dihisap, tapi mungkin kita yang mati (karena tersedak).

Sebenarnya buah simalakama adalah sebutan orang Sumatra untuk buah mahkota dewa yang lebih dikenal dengan nama tersebut, dikalangan etnik Jawa. Dalam dunia botani nama yang diberikan adalah phaleria macrocarpa. Buah berdaun oval ini memiliki khasiat yang banyak dan luar biasa.

Kulit dan dagingnya dapat menyembuhkan penyakit kanker, tumor, diabetes mellitus, hepatitis, tekanan darah tinggi dan rheumatic. Serta benih dan daunnya dapat mengobati bermacam-macam types dan penyakit kulit (eczema).

Buah ini dapat diekstrak untuk menjadi antibody. Kegunaan yang banyak pada buah ini, menjadi daya tarik yang tentu lebih besar daripada pemakaian kiasan serba salah, dalam percakapan sehari-hari.

Jika Paulus kemudian dihadapkan pada pilihan hidup, bukan berarti ia bimbang dan takut salah dalam mengambil keputusan. Sebaliknya ia melihat bahwa pilihan-pilihan tersebut menuntut tanggung jawab yang besar, dan tidak boleh salah memutuskan. Ketika di satu sisi ia dalam keadaan sakit (2 Kor.12: 7-10) harus mampu melakukan pelayanan kesembuhan/ pembebatan bagi mereka yang berkondisi sama, ia tidak bingung dan stress.

Sebaliknya ia menggunakan semangat mempengaruhi untuk mengobati orang lain ketika mereka mengalami sikon yang serupa. Jika kami menderita, hal itu menjadi penghiburan dan keselamatan kamu; jika kami dihibur, maka hal itu adalah untuk penghiburan kamu, sehingga kamu beroleh kekuatan untuk dengan sabar menderita kesengsaraan yang sama seperti yang kami derita juga – 2 Korintus 1:6.

Pilihan hidup itu sendiri adakalanya tidak menyenangkan, namun jika kita menyadari bahwa kita memiliki ketergantungan terhadap pihak lain, maka pilihan hidup akan menjadi keindahan tersendiri. Kesadaran simalakama bukan kesadaran pasrah ala fatalisme (bak hidup segan mati tak mau), apalagi jika berkaca hanya pada masalah-masalah hidup kita saja.

Tetapi sebaliknya harus menjadi kesadaran mahkota dewa, yang berlandaskan tujuan hidup ingin memberi makna; menyembuhkan luka orang lain agar kita sendiri juga turut merasakan penghiburan itu; menguatkan sesama agar kita juga kuat dengan perkataan (kesaksian) Firman yang kita ucapkan.

Doa: Tuhan Yesus, aku percaya Roh Kudus-Mu menuntunku dalam mengambil setiap keputusan penting. Amin.

Must Read