Jangan Cepat Marah

Sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah. Yakobus  1:20

Pernah satu kali sehabis marah, saya mencoba kembali mengingat semua kata yang terlontar dalam kemarahan saya kepada istri saya. Dan betapa tercengangnya saya ketika mendapati banyak kata sia-sia terucap. Kata-kata yang sebenarnya datang dari  asumsi bukan fakta. Kata-kata yang justru memancing emosi. Jujur melampiaskan kemarahan itu membawa kepuasan daging, tetapi cost yang ditimbulkannya mahal sekali.

Tentu Anda pernah marah kepada pasangan Anda, apalagi kepada anak-anak Anda. Kadang kita berpikir, kemarahan adalah alat efektif untuk menyadarkan orang akan kesalahan. Sebagian orang Kristen bahkan berkata, “Yesus saja marah!” Saya setuju bahwa marah dapat mendatangkan kesadaran kepada seseorang, apabila dapat dikendalikan. Sayangnya sama seperti kasus saya jarang ada orang yang dapat mengendalikan setiap kata amarahnya terukur dan tepat sasaran.

Tidak perlu malu untuk jujur mengatakan bila kita marah justru acapkali tak terkendali. Bukankah Firman Allah telah mengatakannya, “Amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.” Jadi daripada kita menjadi lekas marah dan berakibat fatal dalam relasi antara suami dengan istri atau orangtua dan anak-anak, lebih baik kita mengkedepankan dialog dengan kepala dingin.

Saya sangat yakin komunikasi yang baik dan fokus pada penyelesaian persoalan jauh lebih mampu mendatangkan kesadaran dan cepat menemukan solusi. Sisi baik lainnya adalah kita terhindar dari persoalan baru yang dapat timbul karena ucapan sia-sia. Ketahuilah ini, ingatan manusia lebih lekat menyimpan hal yang negatif ketimbang yang positif. Dan salah satu aspek yang menjadikan sebuah keluarga bahagia adalah komunikasi yang hangat dan santun.

Doa: Tuhan Yesus ajarlah aku untuk dapat mengedepankan dialog daripada emosi ketika menjumpai persoalan di tengah-tengah keluargaku. Amin.

Must Read