HomeWadah & PelayananPELGAP EmausOm Hanny Sebagai Kepala Keluarga

Om Hanny Sebagai Kepala Keluarga

PROFIL Emaus

Om Andre Hanny Mandey, mendengar namanya saja, pasti banyak orang yang memberikan pendapat. Baik tentang gerejanya di GPdI Jemaat Ketapang-Kramat jakarta, atau jabatannya selama lebih dari 40 tahun menjadi Ketua Umum Majelis Pusat GPdI. Setiap kali saya mengatakan di mana saya berjemaat terhadap orang seiman dari lain denominasi, mereka akan langsung berkata “Oh… gerejanya Pendeta Mandey ya?”

Selain itu, Om Hanny juga dikenal lewat beberapa judul buku rohani karangannya seperti: 7 Meterai, 7 Sangkakala, Kitab Daniel dan Kitab Wahyu; kunjungannya ke daerah dan ke luar negeri; kegiatannya memberikan pelajaran Alkitab bagi jemaat dan banyak kegiatan-kegiatan rohani selain ibadah rutin, yang diberikan selama pelayanan beliau sebagai seorang Hamba Tuhan.

Banyak pula yang mengenal beliau melalui tatap muka dalam ibadah raya hari Minggu atau ibadah lainnya. Hmmm, mungkin banyak juga yang ingin mengetahui lebih banyak tentang pribadi Om Hanny. Bagaimana sikap Om Hanny sebagai kepala keluarga atau aktivitas beliau ketika berada di rumah.

Menurut Tante Lenny, Om Hanny memang bukanlah tipe orang yang banyak bicara. Beliau mempunyai karakter yang tenang, panjang sabar, serius, bertanggung jawab, tekun dalam pelayanan dan tegas terhadap hal-hal yang tidak baik, sejak beliau masih berusia muda sampai berumah tangga. Pribadi Om Hanny adalah seorang yang sangat bersahaja, sederhana, ramah, murah senyum dan yang paling istimewa kedekatan beliau terhadap anak-anak kecil. Di tengah-tengah keluarga besar Rungkat, Om Hanny juga suka guyon tentang Tante Lenny.

Di usia mudanya, saat beliau masih bersekolah, beliau sudah sering membantu Opa Rungkat Alm, ayahanda dari Tante Lenny; maupun Opa Soeprapto Alm, ayahanda dari Om Piet Suprapto. Dalam berbagai rapat yang mereka adakan, Om Hanny bertindak selaku notulen nya. Oleh karena itu, Om Hanny tidak merasa gemetar ketika menghadap Opa Rungkat Alm, pada waktu ia melamar Tante Lenny puluhan tahun yang lalu.

Menulis dan membaca buku-buku pelajaran yang berkaitan dengan kerohanian sangat digemari oleh Om Hanny. Hal itu juga yang beliau lakukan di waktu senggangnya sampai saat ini. Beliau juga suka makan buah mangga harum manis, sayur gado-gado dan karedok.

Pada saat setelah menikah, Om dan Tante melewatkan masa bulan madu mereka dengan melayani di Sekolah Alkitab Batu selama 5 tahun. Baru kemudian mereka kembali ke Pastori di GPdI Ketapang.

Sejak anak-anak masih kecil, memang Om Hanny lebih banyak melakukan tugas pelayanan tanpa didampingi oleh Tante Lenny. Sehingga dalam urusan mendidik anak lebih banyak ditangani oleh Tante Lenny. Namun, anak-anak dibiasakan untuk mempunyai waktu luang guna berkumpul bersama, makan bersama walau tidak setiap saat. Kebiasaan ini berlangsung terus sampai anak-anak telah berumah tangga sekarang. Juga saat Om Hanny dan Tante Lenny harus pindah rumah sementara karena rumah tinggal mereka sedang direnovasi, anak mereka Rephael dan keluarganya selalu menyempatkan waktu untuk berkunjung hampir setiap hari.

Pada saat Om Hanny menjabat di Majelis Pusat GPdI, beliau banyak sekali kesibukan, sehingga waktunya bersama keluarga sangat tersita. Namun berbekal pengalaman saat mereka mulai berumah tangga, yaitu dalam pelayanan mereka di Sekolah Alkitab, mereka mampu mengatasi komunikasi di antara mereka. Kehidupan rumah tangga mereka dibangun di atas dasar iman kepada Yesus Kristus dan saling percaya satu sama lain. Hal itu yang membuat mereka mampu mengarungi bahtera rumah tangga dan pelayanan. Kejujuran terhadap diri sendiri, seperti yang dipegang bersama, membuat mereka kokoh dalam ikatan pernikahan mereka. Demikian pula dalam hal pengabdian mereka terhadap jemaat yang mereka pimpin. Persamaan profesi mereka sebagai Hamba Tuhan, membantu kemudahan komunikasi di antara mereka, meskipun banyak kesibukan masing-masing atau ketika mereka harus terpisah dalam jarak yang ribuan mil jauhnya.

Siapa yang tidak mengenal semangat Om Hanny saat memberitakan Firman Tuhan? Tidak saja dalam ibadah umum, tetapi di setiap kesempatan beliau membawakan Firman Tuhan, beliau tidak pernah kenal lelah atau boleh dibilang beliau bisa “lupa waktu”. Tetapi jika dalam keadaan santai, beliau juga bisa tertidur pulas sambil duduk di kursi.

Memang, kemurahan dan kekuatan Tuhan serta kuasa Roh Kudus yang ada dalam diri beliau, menjadikan beliau seorang Hamba Tuhan yang penuh semangat dan berhasil dalam memimpin Majelis Pusat GPdI maupun jemaat GPdI Ketapang-Kramat, juga sebagai seorang suami dan ayah dalam keluarganya.

Kesabaran dan perhatian Om Hanny terhadap jemaat, juga sangat dirasakan Tante Lenny sebagai seorang istri. Tante Lenny mengakui bahwa Om Hanny tidak pernah marah dengan nada tinggi atau secara emosional. Beliau hanya akan menegur sesaat setelah kejadian yang tidak disukai atau tidak benar terjadi.

Beliau sangat penuh perhatian terhadap Tante dalam segala hal. Walaupun Om Hanny bukanlah seorang yang romantis seperti banyak “pria masa kini”, tetapi bila melihat Om Hanny bicara, tersenyum, dan duduk bersama dengan Tante Lenny, melihat tanggung jawabnya sebagai seorang suami dan ayah, sepertinya kita semua setuju mengatakan bahwa mereka terlihat sangat harmonis dan mesra. Kita juga berharap memiliki rumah tangga seperti mereka. Ternyata romantisme memang datang dari hati, terlukis di mata, nampak dalam pandangan dan nyata dalam perbuatan.

Suatu waktu, saya pernah datang berkunjung ke rumah Om Hanny dan saat itu beliau sedang ada di rumah. Saya ditawarkan untuk makan siang bersama mereka berdua. Sementara kami bersantap, Om Hanny juga bersenda gurau dengan Tante Lenny, dan sesekali mereka berdiskusi ringan mulai dari Firman Tuhan sampai dari mana jenis lauk yang dihidangkan berasal. Saya merasakan kehangatan, kesederhanaan dan kenyamanan sebuah keluarga, bagaikan saya berada di rumah orang tua saya sendiri.

Om Hanny memang unik, saat bertemu dengan anak-anak kecil, beliau masih mau menyempatkan diri untuk bercanda ria. Semua anak-anak Pelnap sangat menyukai dan mencintai Opa mereka ini. Ada yang bersorak, ada yang mencoba untuk berkelakar dengan beliau dan anak-anak akan selalu mengajak Opa mereka ini bersenda gurau. Dan Om Hanny selalu memberikan sambutan yang hangat kepada mereka.

Ada persamaan antara Om Hanny dengan anak-anak, yaitu di mana Om Hanny juga menyukai es krim coklat. Saya teringat, dalam sebuah acara ramah tamah di GPdI Ketapang beberapa tahun lalu, yaitu dalam acara Pelpap,.saya lupa acara apa tepatnya, saya sempat membawakan es krim coklat untuk Om Hanny atas permintaannya. Saya tidak dapat melupakan wajah ceria beliau dan senyum bahagianya ketika menerima cup es krim coklat di tangannya.

Begitulah, dalam kedudukan dan tanggung jawabnya sebagai seorang Gembala Jemaat dan Pemimpin Gereja, bahkan setelah beliau menerima penganugerahan gelar kehormatan Doctor Honoris Causa dari Foursquare Church International sekalipun, Om Hanny adalah sosok pribadi yang tetap rendah hati dalam kesederhanaan dan kebersahajaannya. Banyak orang yang sesudah menjadi orang besar, setelah mempunyai jabatan tinggi dan terkenal, maka gaya hidup dan tingkah lakunya berubah, bahkan gaya bicaranya juga berubah.

Tentunya masih banyak hal menarik dari pribadi Om Hanny yang tidak dimuat di sini. Namun kiranya tulisan ini cukup memberikan gambaran tentang Om Hanny dalam kedudukannya yang paling sederhana, yaitu dalam keseharian beliau sebagai manusia biasa dan sebagai seorang “kepala keluarga.” Kiranya kita semua mendapatkan contoh dan teladan yang baik dari Om Hanny bagi pribadi dan keluarga kita masing-masing. Kiranya Tuhan Yesus Kristus memberkati.

Must Read