HomeInfo RohaniRingkasan KhotbahKhotbah Minggu, 30 Oktober 2016

Khotbah Minggu, 30 Oktober 2016

KEBAHAGIAAN SEJATI
Ayat Pokok: Amsal 3:17-18
Oleh: Pdt. A.H. Mandey

“Jalannya adalah jalan penuh bahagia, segala jalannya sejahtera semata-mata.  Ia menjadi pohon kehidupan bagi orang yang memegangnya, siapa yang berpegang padanya akan disebut berbahagia.”
 
Memiliki kebahagiaan dan kepuasan hidup yang sesungguhnya adalah dambaan setiap manusia.  Sejak muda orang berlomba-lomba mengejar untuk meraih mimpi, cita-cita dan ambisi – menghalalkan segala cara, kalau perlu! 

Siapakah orang berbahagia, yang jalannya penuh bahagia dan sejahtera semata-mata?  Orang itu ialah orang yang mendapat hikmat, yang memperoleh kepandaian”!  Keuntungannya melebihi perak ataupun emas; ia lebih berharga dari permata – Amsal 3:13-16.  Haleluya!

Kebahagiaan Sejati
Kebahagiaan sejati hanya ada di dalam Tuhan.  Lebih dari kerinduan kita mengecap kebahagiaan sejati, Allah lebih lagi rindu untuk mengaruniakannya. 

Syaratnya: bersedia menerima teguran dan hajaranNya!  “Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi” – Amsal 3:12.

Kasih TUHAN
Kasih Allah kepada manusia, tak terbantahkan!  KasihNya begitu besar, sehingga Ia tak ragu menyerahkan Putera TunggalNya agar saudara dan saya tidak binasa, melainkan beroleh kehidupan yang kekal – Yohanes 3:16. 

Bayangkan, Sang Pencipta langit, bumi, dan segala isinya mengasihi saudara dan saya; hendak mengaruniakan kebahagiaan (= kepuasan hidup) seutuhnya!  Namun untuk sampai ke sana, ada proses yang harus dilalui; ada harga yang harus dibayar!

Seperti seorang ayah mengasihi anaknya, demikianlah Allah ingin mengajarkan banyak hal melalui Firman Tuhan, mendidik, bahkan bilamana perlu, menghajar.

“Karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.”  Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak.  Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?   Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang” – Ibrani 12:6-8.

Jadi, kala Tuhan menghajar dan  menyesah, bukan berarti Ia menganggap kita musuh yang harus dihancurkan.  Sebaliknya, Ia ingin kita mengerti betapa besar kasihNya.  Ia ingin kita tetap ada di jalan yang benar untuk pada akhirnya menerima upah: kebahagiaan sejati!  Puji Tuhan!

Karenanya, jangan anggap remeh didikan Tuhan.  Jangan seperti Esau yang tidak menghargai hak kesulungannya.  Maka, Ibrani 12:17 mencatat, “ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.”

Ayub menerima didikan dan hajaran Tuhan dengan hati terbuka.  Sama sekali tidak timbul kepahitan atau kemarahan; tidak juga tercetus kata-kata hujatan.  Dia bahkan menaikkan doa berkat bagi sahabat-sahabatnya.  Hasilnya: Tuhan memulihkan keadaannya, dan memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu.

“Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya” – Ibrani 12:5.

Mari terima dan perhatikan dengan seksama Firman Tuhan, didikan dan hajaranNya dengan hati terbuka.  Percayalah, semua itu dilakukanNya karena Ia sangat mengasihi saudara dan saya.  Dia menghendaki kita menjadi orang-orang yang berbahagia – yang jalannya semata-mata penuh bahagia dan sejahtera!  Amin! Tuhan Yesus memberkati saudara!
 

Must Read