Budak Allah

12 Years a Slave (2013) merupakan film sejarah yang berdasarkan kisah nyata.  Film ini mengisahkan perjuangan orang negro bernama Salomon Northup yang ingin melepaskan diri dari perbudakan.  Sebagai orang yang bebas secara hukum dan tinggal di bagian utara Amerika, Salomon ternyata dijebak, diculik, dijual dan dikirim ke wilayah Amerika bagian selatan dan dijadikan budak.  Di sana perbudakan masih legal.  Kita dapat menyaksikan kebiadaban manusia ketika mereka merasa berhak menginjak-injak martabat dan harga diri orang lain hanya karena perbedaan warna kulit.

Namun kita bersyukur bahwa Tuhan adalah Tuan yang baik dan pengampun, tidak seperti manusia berdosa.  Berbeda dengan film itu, Rasul Paulus menyebut dirinya sebagai ‘hamba’ dengan memakai kata ‘doulos’ (Yun), yang juga dapat diterjemahkan sebagai ‘budak’.  Dalam Alkitab kata ‘doulos’ tidak bersifat merendahkan.  Namun kata ini melambangkan pelayanan yang penuh rendah hati dan martabat.  Hal ini terwujud dalam pribadi, kehidupan, dan karya Yesus Kristus. Dia yang kaya menjadi miskin dengan mengambil rupa sebagai hamba (2 Korintus 8:9; Filipi 2:7).  Paulus memperjelas, bahwa ia adalah hamba Kristus Yesus.  Sekarang ia adalah milik-Nya.

Kita bersyukur bahwa menjadi hamba Tuhan jauh berbeda dari hamba manusia.  Mungkin saudara tidak suka dipanggil hamba, tetapi Roma 6:15-23 mengingatkan bahwa kita semua adalah hamba, baik hamba dosa atau hamba Allah.  Tuan manakah yang saudara layani?  Bersama Tuhan, kita menjadi hamba dan mengenakan kuk Tuhan sehingga jiwa kita akan mendapat ketenangan (Matius 11:29). (rp)

Previous article
Next article

Must Read