Seni Bertahan

Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat. (Matius 10:22)

Sehari-hari saya menggunakan kereta api listrik untuk berangkat kerja. Naik kereta di jam-jam kerja tidaklah selalu bisa mujur mendapatkan tempat duduk. Saya lebih sering harus berdiri karena kalah dalam berebut tempat duduk dengan penumpang lain. Namun tahukah Anda bahwa berdiri di atas kereta yang berjalan selama lebih dari sejam itu membutuhkan seni tersendiri? Ya, seni untuk bertahan tetap berdiri, walau guncangan akibat jalannya kereta terkadang mampu menggeser jauh posisi kaki kita. Belum lagi desakan dari sesama penumpang yang memaksa masuk ke dalam kereta yang sudah penuh sesak. Tapi karena kereta tak mengenal kata “macet” maka kereta tetap menjadi transportasi pilihan terfavorit bagi pegawai kantoran.

Kembali ke kata “seni” untuk bertahan, saya teringat pada kesaksian hidup  Paulus yang luar biasa sulitnya. Bayangkan, dengan penglihatan yang tidak sesempurna sebelumnya, Paulus harus menghadapi banyak tindasan dan keadaan terjepit. Tak jarang juga ia merasa kehabisan akal. Hidupnya teraniaya, terhempas serta terus-menerus diserahkan kepada maut oleh karena imannya pada Yesus (2 Korintus 4:8-14). Tapi Paulus mampu bertahan terhadap semua itu. Bukan karena dia hebat, tetapi karena Tuhan memberinya seni untuk bertahan. Seni yang lahir lewat sesama pelayan di sekitarnya, lewat kesaksian orang-orang percaya di sekelilingnya, juga lewat ingatan akan kematian Kristus.

Hari-hari ini, tak ada yang mudah di dunia ini, sehingga kita bisa bersenang-senang setiap waktu. Sebaliknya, mungkin air mata menjadi sahabat karib kita setiap hari. Penderitaan menjerit di mana-mana. Tak terkecuali dengan hidup kita, meski bentuknya tidak selalu sama. Mari belajar pada Kristus yang pernah berkata, “Marilah kepada-Ku semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati, dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab Kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.” (Matius 11:29-30). Tuhan Yesus juga mengundang kita untuk datang kepada-Nya, menerima kuk yang dipasangkan-Nya serta belajar pada-Nya, untuk akhirnya menang bersama-Nya. (em)  

DOA: “Tuhan, pasangkan aku kuk yang enak itu dan ajarilah aku seni bertahan dalam kehidupan yang tidak mudah ini. Bersama-Mu, aku yakin mampu melewati segalanya. Amin.”

Must Read