HomeInfo RohaniRingkasan KhotbahKhotbah Minggu, 17 Juni 2018

Khotbah Minggu, 17 Juni 2018

UJIAN KEHIDUPAN
Ayat Pokok: 1 Korintus 10:13
Oleh: Pdt. Lydia Caroline Kairupan

Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya. Demikian janji Tuhan yang tertulis dalam ayat pokok. Pencobaan itu ada dua macam: 1) Pencobaan karena kesalahan sendiri. 2) Pencobaan karena diijinkan Allah. Kedua pencobaan itu sama-sama tidak menyenangkan. Namun satu hal yang harus kita ingat dan yakini bahwa semua yang Tuhan ijinkan itu pasti baik adanya. Tuhan mengijinkan karena Tuhan tahu kemampuan kita.

Jalan Keluar
Jalan keluar menurut pikiran manusia adalah jalan yang bebas, lolos dari masalah. Namun jalan keluar dari Tuhan dapat kita pelajari dari ujian yang dialami Paulus (2 Kor 12:7-9): Ia diberi suatu duri di dalam dagingnya untuk mengocohnya. Sudah tiga kali Ia berseru kepada Tuhan, tetapi jawaban Tuhan “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Kasih karunia adalah sesuatu yang Tuhan berikan dalam jiwa kita sehingga dapat tetap tenang di tengah-tengah masalah, sakit, problema hidup.

Ujian Hidup
Ujian hidup Tuhan berikan untuk membentuk karakter kita supaya bisa seperti karakter Kristus. Untuk mencapai karakter Kristus tidak cukup hanya dengan sekolah alkitab, ikut pendalaman alkitab, rajin kebaktian, tetapi kita harus bisa menerima firman itu sebagai kebenaran sejati. Ujian juga dimaksudkan supaya kita jangan meninggikan diri, jangan sombong, jangan merasa hebat. Ujian juga tidak dimaksudkan untuk menyalahkan orang lain (Yoh. 9:1-3). Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?” Jawab Yesus: “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.”

Bagaimana kita melihat dan menghargai ujian hidup?
Ayub, seorang laki-laki yang saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan (Ayub 1:1). Sempurna bukan? Tapi kenapa Tuhan ijinkan Ayub mengalami ujian? Ia kehilangan semua anaknya sekaligus, hartanya habis dalam sekejap, tubuhnya penuh borok, istrinya mengutukinya (ay. 13-19). Tetapi katanya: “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!” (ay. 21). Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut. “Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas” (ps. 23:10). Ujian yang berat buat Ayub adalah berkat yang mulia dari Tuhan. Demikianlah Ayub melihat dan menghargai ujian dari Tuhan. Haleluyah! Tuhan Yesus memberkati.

Must Read