HomeUncategorizedKuasa dan Kesaksian

Kuasa dan Kesaksian

Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (Yohanes 14:2)

Ada dua akibat kalau Roh Kudus turun ke atas kita: pertama kita akan menerima kuasa; dan kedua kita akan menjadi saksi Kristus.

Petrus adalah murid Yesus yang sederhana. Latar belakangnya sebagai nelayan menunjukkan ia bukan seorang yang berpendidikan. Sebagaimana nelayan pada umumnya tutur katanya lugas dan jauh dari penggunaan kosa kata yang tinggi. Tetapi justru orang yang demikian, setelah Roh Kudus turun ke atasnya – dipakai Tuhan untuk berkhotbah dan bersaksi tentang Kristus di hadapan banyak orang yang berkumpul di Yerusalem pada waktu itu. Hasilnya Alkitab bersaksi: “Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa.” (Kisah Para Rasul 2:41).

Pribadi yang sama ketika keluar dari Bait Allah bersama Yohanes berjumpa dengan seorang laki-laki yang lumpuh sejak lahir. Laki-laki itu menengadahkan tangan untuk meminta sedekah dari mereka. Petrus berkata ke si lumpuh: “Lihat pada kami. “Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!”
Petrus lalu memegang tangan kanan si lumpuh dan membantunya berdiri. Ajaib, seketika itu juga kuatlah kaki dan mata kaki orang yang lumpuh itu. Kuasa Allah bekerja melalui iman Petrus.

Bagaimana dengan kita? Roh Kudus sudah dicurahkan ke atas kita. Seperti peristiwa di kamar loteng Yerusalem kita pun memiliki tanda kepenuhan Roh yaitu berkata-kata dengan bahasa yang diberikan oleh Roh kepada kita. Tetapi di manakah kuasa Allah dan kesaksian kita? Pemakaian Tuhan atas tiap-tiap orang berbeda. Itu sebabnya tidak perlu menjadi sama seperti Petrus dari sisi hasilnya. Yang harusnya juga ada pada kita sama seperti Petrus adalah: kuasa Allah dan kesaksian kita. Bila kedua hal itu tidak ada, mungkin karena kita tidak memiliki keberanian. Kita tidak berani berdoa agar mujizat Allah dinyatakan di hadapan orang. Kita juga tidak berani bersaksi karena malu dan tidak pandai berbicara. Jika benar itu alasannya, baiklah kita juga berdoa agar Roh Kudus memberikan kepada kita keberanian. (tw)

DOA : “Roh Kudus, berikanlah kepadaku keberanian untuk berdoa dan bersaksi. Aku percaya kuasa-Mu tetap sama dulu, sekarang, dan selamanya. Amin.”

Must Read