Mengulang Cerita

Kiranya Engkau sekarang berkenan memberkati keluarga hamba-Mu ini, supaya tetap ada di hadapan-Mu untuk selama-lamanya. Sebab, … oleh karena berkat-Mu keluarga hamba-Mu ini diberkati …. (2 Sam 7:29)

Acara beres-beres rumah biasanya dilakukan kalau hendak kedatangan tamu yang menginap di rumah, atau kalau memang harus pindah tempat tinggal. Seperti yang dilakukan keluarga Ara dan Lala. Siang itu, Abdi, putra sulung mereka membawa sebuah album foto ke meja makan dan menanyakan tentang orang-orang yang ada di dalamnya. Buku itu adalah album foto pernikahan kedua orangtuanya. Ada beberapa orang yang tidak dikenal Abdi dalam foto-foto itu. Sebagian telah berpindah jauh ke luar kota bahkan ke luar negeri. Sebagian lainnya sudah berpindah ke keabadian.

Saat-saat seperti itu tentu membuat kita seperti mengulang cerita lama yang penuh kenangan. Ayat nats kita di atas mungkin pernah menghiasi kartu undangan pernikahan kita dulu. Teringat lagi masa-masa indah saat merajut cinta dengan pasangan hidup kita. Lelahnya persiapan pernikahan terbayar oleh lancarnya semua rangkaian acara pernikahan saat itu. Tentulah ada kekurangan di sana sini, tapi toh malam pengantin tiba juga dan semuanya bahagia. Memori kita mungkin terus berputar pada masa-masa PDKT alias “pendekatan” dulu. Sulitnya meyakinkan orangtua juga sebuah perjuangan yang manis untuk dikenang. Lalu, mengapa tidak kita sering-sering mengenang semua itu? Bukankah kenangan itu membuat kita makin cinta pada pasangan?

Alkitab banyak memberi kita contoh untuk mengingat-ingat sejarah masa lalu. Daud berkata. “Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!” (Mazmur 103:2). Asaf juga menuliskan mazmurnya, “Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan TUHAN, ya aku hendak mengingat keajaiban-keajaiaban-Mu dari zaman purbakala.” (Mazmur 77:12). Mari mengingat kembali perbuatan-perbuatan Tuhan dalam hidup kita. Pernikahan adalah salah satu hal bersejarah yang layak untuk kita kenang. Bila rasa cemburu atau kecewa mulai mengintip di sudut hati, ingatlah lagi bagaimana besarnya tekad kita bersama pasangan untuk menikah, sekali untuk selamanya. Anak-anak mungkin hadir di kehidupan rumah tangga kita, namun suatu hari nanti mereka akan pergi menjalani kehidupan keluarganya sendiri. Mari kenang terus janji nikah kita di hadapan Tuhan dan umat-Nya. Seperti mengulang kembali cerita indah, yang pasti akan menambah sukacita. (em)

DOA : “Bapa, buatlah kami sesering mungkin mengingat-ingat segala hal yang indah dari-Mu, yang manis dan yang sedap didengar, agar sukacita-Mu tetap memenuhi hari-hari kami. Amin.”

Must Read