Menasihati dengan Sabar

Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran. (2 Tim 4:2)

Nasehat dari rasul Paulus kepada anak rohaninya Timotius, adalah agar dalam menyampaikan firman Tuhan, hendaknya ada pernyataan tentang apa yang salah dan benar. Pernyataan tersebut baik untuk disampaikan dalam bentuk teguran, tapi harus disertai dengan pemberian nasehat dan pengajaran. Mengapa hal tersebut penting untuk disampaikan kepada umat Tuhan?

Kita semua tahu bahwa di dalam Tuhan hanya ada dua pilihan yaitu benar atau salah, kudus atau najis, terang atau gelap, putih atau hitam, sorga atau neraka, dsb. Tidak ada pilihan yang berada di antara keduanya, atau tidak ada opsi untuk memilih setengah untuk sebuah pilihan dan setengah lagi untuk pilihan lainnya. Sebagai pengikut Kristus, hidup kita pun harus memilih salah satu di antara kedua hal tersebut. Oleh karena itu, kita juga harus memilih untuk hidup dalam kebenaran atau ketidakbenaran di hadapan Allah, di mana masing-masing ada konsekwensinya.

Pada pasal sebelumnya, Paulus telah kemukakan kepada Timotius bahwa segala tulisan yang diilhamkan Allah, yaitu firman Allah bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (2 Timotius 3:16). Namun demikian, dalam penyampaian firman Tuhan berupa nasehat, teguran atau pengajaran tersebut, Paulus menghendaki agar supaya hal itu dilakukan dengan penuh kesabaran mengingat tidak semua orang memiliki hati yang lembut dan bisa menerima nasehat atau teguran dengan tulus.

Banyak orang yang hatinya keras menerima teguran, nasehat maupun pengajaran firman Allah dan tidak mau bertobat seperti raja Firaun dari Mesir. Raja Salomo dalam salah satu amsalnya berkata: “Dengan kesabaran seorang penguasa dapat diyakinkan dan lidah lembut mematahkan tulang” (Amsal 25:15). Jadi, ketika menegur atau memberikan nasehat kepada orang lain, lakukanlah dengan penuh kesabaran, sama seperti Musa ketika membawa bangsa Israel keluar dari tanah Mesir menuju ke tanah Kanaan. Ia dikenal sebagai pemimpin yang teramat sabar dan lembut hatinya (Bilangan 12:3). (phm)

DOA: “Tuhan, mampukan aku untuk dapat memberikan teguran agar umat-Mu hidup dalam kebenaran dan kekudusan, dan melakukannya dengan penuh kesabaran. Amin.”