TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” (Kej 2:18)
Pasti kita pernah mendengar tentang isu kesetaraan gender? Gender sendiri adalah kata serapan dari bahasa Inggris yang berarti jenis kelamin. Kesetaraan gender dikenal juga sebagai keadilan gender. PBB pada tanggal 10 Desember 1948 mencetuskan Deklarasi Universal Hak-hak Asasi manusia. Pasal 1 dari deklarasi tersebut berbicara tentang kesetaraan gender. Pasal 1 Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia berbunyi: “Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan.”
Kesetaraan gender sendiri adalah pandangan bahwa semua orang harus menerima perlakuan yang setara dan tidak didiskriminasi berdasarkan identitas gender mereka yang bersifat kodrati. Dalam praktiknya, tujuan dari kesetaraan gender adalah agar tiap orang memperoleh perlakuan yang sama dan adil dalam masyarakat, tidak hanya dalam bidang politik, di tempat kerja, atau bidang lainnya. Isu kesetaraan gender menyasar kepada perempuan. Bagaimana pandangan Alkitab tentang isu kesetaraan perempuan?
Dalam nats, Tuhan mengutarakan latar belakang penciptaan perempuan. salah satu yang dikemukakan Tuhan adalah bahwa Hawa atau perempuan diciptakan Allah sepadan dengan Adam. Kata “sepadan” dalam Indonesian Literal Translation ditulis “setara”. Jadi, Adam setara dengan Hawa. Laki-laki setara dengan perempuan. Sekalipun perempuan diciptakan setelah Adam tidak berarti perempuan adalah ciptaan kelas 2. Perempuan tidak lebih rendah dari laki-laki-laki. Laki-laki dan perempuan sama mulianya di mata Allah.
Meskipun demikian ada peran-peran perempuan yang dibatasi oleh Alkitab. Salah satunya dalam hal berumah tangga. Firman Tuhan berkata: “Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.” (Efesus 5:22,23). Sekalipun seorang istri berpenghasilan lebih tinggi dari suami, atau pemimpin di perusahaan; di dalam rumah tangga kepalanya tetaplah seorang suami. Istri harus tunduk kepada suami. (tw)
DOA: “Tuhan Yesus, berkatilah rumah tangga-rumah tangga kami. Biarlah masing-masing kami, suami atau pun istri, mengambil peran yang tepat seperti firman-Mu. Amin.”