Kehidupan yang Berhasil

Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia. (Luk 2:52)

Kita semua tentunya ingin menjadi orang yang berhasil, baik dalam usaha, study, bisnis, pelayanan dan sebagainya. Jadi siapakah orang yang berhasil atau sukses itu? Ada dua pendapat mengenai hal ini. Menurut penilaian dunia, orang yang berhasil itu adalah orang yang kaya atau hartanya banyak. Ada pula yang memandang keberhasilan itu ditunjukkan oleh kedudukan dan jabatan seseorang yang tinggi. Yang lain lagi menilai seseorang berhasil bila keluarganya terpandang. Ternyata bermacam-macam penilaian manusia, tetapi menurut sudut pandang Alkitab, orang yang berhasil adalah orang yang bertambah hikmat-Nya, makin dikasihi oleh Allah dan dikasihi oleh manusia.

Dikasihi oleh Allah dan dikasihi oleh manusia itu seperti sebuah salib. Salib memiliki dua sisi garis, yaitu vertikal dan horizontal yang saling bersilangan. Maka prinsip keberhasilan sesuai dengan Alkitab adalah mempunyai dua garis yang bersilangan dan mendapat point diujungnya. Kita lihat dua garis ini, vertikal dikasihi oleh Allah dan horisontal dikasihi oleh sesama manusia. Hal ini menjadi satu lambang yang besar mengenai hidup yang berhasil.

Walaupun kita dapat bernyanyi dengan merdu “Yesus aku cinta kepada-Mu”, tapi kalau ternyata dengan tetangga bermusuhan, dengan mertua belum bisa berdamai, dan hidup suami istri tidak harmonis, itu artinya kehidupan kita belum dapat disebut berhasil. Bahkan semua hal itu akan menjadi suatu batu sandungan atau aib bagi kita. Ini menunjukkan sisi horizontal kita bermasalah. Sisi horizontal kita baru dapat disebut berhasil, bila ternyata hubungan dengan tetangga baik, keluarga kita harmonis, atau kita tidak punya masalah dalam berelasi dengan sesama.

Kita juga harus memperhatikan relasi vertikal kita, yaitu hubungan dengan Allah, selain relasi horizontal. Sebab kehidupan yang berhasil ditunjukkan oleh kita dikasihi Allah dan dikasihi oleh sesama manusia. Pertanyaan dasar yang perlu kita renungkan saat ini, apakah keberadaan kita telah berkenan di hadapan Allah dan di hadapan manusia? (wb)

DOA: “Tuhan Yesus, tuntunlah sikap dan tindak tandukku agar dapat berkenan di hadapan-Mu dan juga dipandang baik oleh sesamaku manusia. Amin.”