MAKAN atau MENUAI?

Sebuah Renungan dari Injil Yohanes 4: 31-38

Makan adalah Pilihan

Semua orang memerlukan makanan, siapapun dia dan apapun pekerjaan, jabatan atau pelayanannya dalam dunia. Demikian juga dengan Yesus maupun murid-murid-Nya. Dalam ayat-ayat tersebut kita temukan bahwa murid-murid-Nya mengajak Yesus untuk makan, sebab mereka berpikir bahwa memang sudah waktunya untuk makan dan perut mereka sudah merasa sangat lapar. Murid-murid-Nya baru saja kembali dari kota untuk membeli makanan bagi mereka.

Kalau kita membaca dalam Alkitab, seringkali kita temukan bahwa Yesus makan bersama murid-murid-Nya.Sebagai contoh, misalnya pada waktu Ia diundang makan oleh seorang Farisi (Luk 7: 36; 11: 37), pada waktu diundang makan oleh Matius si pemungut cukai (Mat 9: 10), maupun ketika Ia berada di rumah Simon si kusta (Mar 14: 3) dan dalam berbagai kesempatan lainnya.

Rasa lapar dari Yesus adalah sesuatu yang bersifat alami dan manusiawi, tetapi masalah makan adalah sebuah pilihan bagi-Nya. Kita juga dapat memilih untuk makan atau tidak makan, memilih apa yang hendak kita makan, atau kapan waktunya kita makan. Kita juga dapat memutuskan dengan pikiran dan hati kita untuk berpuasa selama beberapa hari.

Jadi wajar-wajar saja kalau murid-murid-Nya mengajak Yesus untuk makan. Tetapi Yesus memiliki pilihan lain dalam hal makanan. Ia berkata dalam ayat 32, “Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal.” Apa yang dikatakan oleh Yesus nampaknya merupakan hal yang aneh dan di luar kebiasaan mereka pada umumnya. Apakah ini artinya bahwa saat itu Yesus tidak perlu makan lagi? Sebab itu murid-murid Yesus merasa heran, sehingga mereka berkata seorang kepada yang lain tentang kemungkinan atau jangan-jangan ada orang lain yang telah membawa sesuatu untuk Yesus makan?

Ia mengetahui apa yang menjadi pertanyaan dalam hati murid-murid-Nya. Karena itu Ia menjelaskan dalam ayat 34, “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya.”
Bagi Yesus, hal melakukan kehendak Allah dan menyelesaikan pekerjaan-Nya adalah lebih penting dibandingkan dengan makan makanan jasmani yang telah disiapkan oleh murid-murid-Nya. Karena itu, kita juga seharusnya selalu bertanya dalam hati kepada diri kita sendiri: “Hari ini aku telah tiga kali makan. Apakah aku juga telah melakukan kehendak Bapa dalam jumlah yang sama?” Apakah kita mengasihi Yesus dan melakukan kehendak-Nya, sama seperti keinginan kita untuk makan?

Yesus mengetahui hati dan pikiran murid-murid-Nya. Karena itu dalam kesempatan lain Yesus berkata kepada mereka:
“Jadi, janganlah kamu mempersoalkan apa yang akan kamu makan atau apa yang akan kamu minum dan janganlah cemas hatimu.Semua itu dicari bangsa-bangsa di dunia yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu tahu, bahwa kamu memang memerlukan semuanya itu.Tetapi carilah dahulu Kerajaan-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan juga kepadamu.” (Luk 12: 29-31)

Rasul Paulus menjelaskan tentang makanan sbb:
Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. (1 Kor 10: 31)

Menuai adalah Tugas

1. Dunia iniLadang Tuaian.
Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai. (Yoh 4: 35)

Dalam hal ini, Yesus berkata tentang tuaian dalam arti rohani. Kita hidup di dalam dunia yang bagaikan ladang dan jiwa-jiwa manusia bagaikan gandum yang telah siap untuk dituai dan dibawa masuk ke dalam lumbung-Nya Allah.
Mereka adalah jiwa-jiwa yang rindu keselamatan dan haus akan kebenaran Allah. Mereka adalah jiwa-jiwa yang merana karena dosa dan kejahatan yang ada dalam dunia ini. Mereka memerlukan uluran tangan kita, agar mereka dapat keluar dari lumpur dosa. Mereka sedang menuju kepada kebinasaan. Kita perlu meminta kepada tuan yang empunya tuaian agar mengirimkan pekerja-pekerja yang mau menuai jiwa-jiwa ini. (Mat 9: 38; Luk 10: 2)

2. Allah yang Menabur dan Kita yang Menuai.
Allah yang menciptakan dan menjadikan manusia bagaikan penabur yang menaburkan benih gandum itu di ladang. Ia memelihara tanaman gandum itu, walaupun ada juga penabur lainnya yaitu si Iblis yang menabur benih lalang, suatu jenis tanaman liar yang tidak berguna (Mat 13: 39). Benih lalang juga merupakan gambaran dari benih gandum yang palsu, bagaikan domba dan kambing, serupa tapi tak sama.

Yesus mengajarkan kepada kita untuk membiarkan gandum dan lalang itu untuk bertumbuh bersama hingga pada hari penuaian. Pada waktu itulah akan dilakukan pemisahan antara gandum dan lalang dimana keduanya akan dibawa ke tempatnya masing-masing. Gandum akan dibawa maasuk ke dalam lumbung tuan yang empunya tuaian itu dan lalang akan dibakar dalam perapian yang bernyala-nyala. (Mat 13: 30)

3. Bagaimana kita menuai?

a. Dengan sabar. (Yak 5: 7)
Bagaikan petani yang sabar menanti hasil tanamannya, melewati musim kemarau dan musim hujan sehingga tiba pada waktunya untuk menuai. Adakalanya tanaman itu diserang penyakit atau menghadapai perubahan cuaca yang sangat ekstrim, sehingga sang petani gagal untuk menuai hasil tanamannya. Tetapi ia tetap tabah sabar dalam memelihara tanamannya agar pada suatu ketika tanaman itu dapat dituai dengan hasil yang baik.

b. Dengan sukacita. (Yes 9: 3)
Lakukanlah tugas penuaian kita dengan tidak bersungut-sungut (Flp 2: 14), tetapi dengan sukacita karena ada upah yang menanti kita yaitu mahkota kehidupan kekal di dalam Sorga.
“Sekarang juga penuai telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita.” (Yoh 4: 36)   
Kita adalah kawan sekerja Allah (1 Kor 3: 9) dan kita bersukacita karena kita dapat bekerja bersama dengan Tuhan. Allah yang menabur dan kita yang menuai, sebuah kerjasama yang indah dan mulia.

c. Dengan bijaksana. (Im 19: 9; 23: 22; Ul 24: 19)
Dalam Perjanjian Lama, Allah mengajarkan agar orang yang menuai di ladangnya harus menyisakan sebagian bagi orang-orang miskin. Dengan demikian maka tuan yang empunya tuaian itu dapat berbagi kebaikan kepada orang lain, demikian juga dengan mereka yang menuai. Ingat kisah Rut pada waktu ia memungut bulir-bulir jelai di ladang milik Boaz. (Rut 2: 1-9)

Panggilan untuk menuai ditujukan kepada semua anak Tuhan, dan juga kepada semua gereja Tuhan. Sebab itu jangan sampai ada perebutan tuaian di antara kita. Jangan sampai gereja yang satu konflik dengan gereja lainnya atau team pelayanan yang satu dengan team pelayanan lainnya. Kita semua mendapatkan tugas dan panggilan yang sama dalam penuaian jiwa-jiwa, tetapi kita dapat memiliki ladang yang berbeda untuk dituai antara satu dengan lainnya. Jangan menuai di ladang yang bukan milik sang empunya tuaian atau di ladang yang tidak diperuntukkan bagi kita oleh tuan yang empunya tuaian. Ladang tuaian Tuhan sangat luas dan kita dapat bekerja bersama-sama dalam ladang-Nya Tuhan.

4. Waktu Penuaian.

“Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai. (Yoh 4: 35)”

Waktu penuaian Tuhan telah tiba. Yesus telah mengatakan tentang hal itu. Mari kita mengambil bagian dan mempersiapkan diri kita untuk tuaian besar yang Tuhan telah sediakan. Jadilah penuai-penuai yang diutus oleh Tuhan yang empunya tuaian itu. Beranikanlah diri kita untuk maju dan terlibat dalam rencana kerja Allah di akhir zaman.

Ketika berada dalam pembuangan di Pulau Patmos, Rasul Yohanes melihat sebuah penglihatan sebagaimana tertulis dalam Kitab Wahyu sbb:
Maka keluarlah seorang malaikat lain dari Bait Suci; dan ia berseru dengan suara nyaring kepada Dia yang duduk di atas awan itu: “Ayunkanlah sabit-Mu itu dan tuailah, karena sudah tiba saatnya untuk menuai; sebab tuaian di bumi sudah masak. (Why 14: 15)

Mari kita melakukannya dengan bekerjasama pada waktunya Tuhan. Ia memberikan otoritas dan kuasa Roh Kudus-Nya agar kita dapat menuai jiwa-jiwa di akhir zaman. Mintalah pimpinan dan bimbingan-Nya setiap saat. Jadilah berkat dan tangan yang terulur untuk menolong mereka yang tersesat, agar mereka mendapatkan keselamatan yang sejati di dalam Yesus. Haleluya.“Selamat Menuai.” (phm/EMC)

Must Read