HomeInfo RohaniRingkasan KhotbahKhotbah Minggu, 9 Desember 2012

Khotbah Minggu, 9 Desember 2012

SESAMAKU MANUSIA
Ayat Pokok: Lukas 10:25-37
Oleh: Pdt. Otto Hutapea, San Francisco

Bagai dua sisi mata uang, suka dan duka silih berganti mengisi perjalanan hidup manusia di dunia.  Satu waktu kita dihujani dengan perkara-perkara manis, indah, penuh puja dan puji, canda dan tawa, damai dan sukacita.  Namun pada kesempatan lain, Tuhan mengijinkan ujian, dukacita, kesukaran, penderitaan dan berbagai pil pahit lainnya untuk ditelan.

Pengalaman itulah yang dialami oleh seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho, dimana ia jatuh ke tangan penyamun, dirampok habis-habisan, babak-belur dipukuli, lalu ditinggalkan tergeletak dalam keadaan setengah mati!

Sesamaku Manusia
“Siapakah sesamaku manusia?”  Menanggapi pertanyaan seorang Ahli Taurat yang bermaksud mencobaiNya, Tuhan Yesus menceritakan kisah seorang Samaria yang baik hati. 

Tiga orang yang kebetulan lewat dan melihat tubuh seorang yang tergeletak sekarat di pinggir jalan memberi reaksi mengejutkan:
1. Imam (=hamba Tuhan) – melihat dari kejauhan, lalu segera bergegas
   melewatinya dari seberang jalan, seolah tak terjadi sesuatu.
2. Seorang Lewi: mewakili umat yang mengaku Kristen, namun tidak
   peka terhadap penderitaan orang lain.  Sama seperti sang imam,
   ia pun hanya sebatas melihat, lalu segera melewatinya dari
   seberang jalan.
3. Orang Samaria: orang keluaran; mewakili kelompok orang yang
   tidak diperhitungkan.  Justru orang inilah yang menunjukkan hati
   yang penuh belas kasih. Alkitab mencatat, “…ketika ia melihat
   orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.” 

Tidak berhenti sebatas menunjukkan rasa iba, orang Samaria ini bertindak jauh melebihi apa yang diharapkan:  Ia menghampiri dan membalut luka-luka orang yang sama sekali tak dikenalnya.  Ia menyiraminya dengan minyak dan anggur, menaikkannya ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. 

Hati yang penuh dengan belas kasihan, mendorongnya untuk menjangkau dan menolong orang yang dilihatnya tergeletak sekarat di pinggir jalan.  Tidak setengah-setengah, tapi sampai tuntas.  Pesannya pada pemilik penginapan, “Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.”  Luarbiasa!

Kata kuncinya ialah HATI – hati yang penuh belas kasihan (= compassion)!   Tuhan menghendaki saudara dan saya untuk mengasihi Dia dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan kita.  Selanjutnya, mengasihi sesama!   Tanpa hati yang penuh dengan belas kasihan, tak mungkin kita dapat membawa jiwa-jiwa kepada Yesus. 
 
Seperti orang Samaria, Yesus pun mengerjakan keselamatan dan pemulihan bagi saudara dan saya hingga tuntas.  Dia “… yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.  Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” – Filipi 2:6-8.  Puji Tuhan!

Jadi, siapakah ‘sesamamu manusia’?  Dia dengan hati yang penuh dengan belas kasihan/compassion pada penderitaan dan kesusahan orang lain!  Dimanakah posisi saudara dan saya?  Termasuk dalam kelompok manakah kita?  Imam dan orang Lewi?  Atau orang Samaria? Tuhan Yesus memberkati saudara.

Previous article
Next article

Must Read