HomeInfo RohaniRingkasan KhotbahKhotbah Minggu, 21 Februari 2016

Khotbah Minggu, 21 Februari 2016

GARAM: PEMBAWA DAMAI
Ayat Pokok: Matius 5:13; Markus 9:50
Oleh: Pdt. A.h. Mandey
 
Garam sangat bermanfaat bagi manusia.  Namun jika menjadi tawar, ia takkan bisa diasinkan lagi; tak berguna; dibuang dan diinjak orang!  “Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya?  Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain” – Markus 9:50.

Pembawa Damai
Kita telah melihat betapa besar pengaruh dan manfaat garam.  Melalui nabi Elisa, Allah memakai garam untuk menyehatkan mata air yang membawa kematian di kota Yerikho – 2 Raja-Raja 2:19-22.  Bahkan kalau saja ada sepuluh “garam” di Sodom dan Gomora, Tuhan tidak akan membinasakan kedua kota itu!  Di mana ada garam, di sana ada kebaikan, perubahan, pemulihan.  Puji Tuhan!

Sama seperti manusia membutuhkan garam, demikian pula manusia mendambakan perdamaian.  Perserikatan Bangsa-Bangsa didirikan dengan tujuan mengupayakan perdamaian di antara bangsa-bangsa di seluruh dunia.
Markus 9:50 mengaitkan garam dengan hidup berdamai.  “Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain.”

Saudara dan saya adalah garam dunia!  Dan Tuhan menghendaki kita menjadi pembawa perdamaian di mana pun kita ada.  Sudahkah kita menjalani fungsi sebagai garam bagi dunia?  Membawa perdamaian bagi mereka yang tengah bertikai?

Tawar
Manfaat baik garam tak diragukan.  Namun karena beberapa sebab, garam ternyata bisa menjadi tawar.  Dan sejak awal Tuhan telah memberi peringatan.  “Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?  Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.”  Dalam Markus 9 sekali lagi Ia berpesan: “… jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya?”

Penyebab garam menjadi tawar, antara lain: pernikahan campur: antara orang percaya dengan yang tidak percaya.  “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya.  Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan?  Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?  Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial?  Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya?  Apakah hubungan bait Allah dengan berhala?…” – 2 Korintus 6:11-16. 

Jadi, agar garam tidak dibuang dan diinjak, sebab telah menjadi tawar, jangan memilih pasangan yang tidak seimbang!  Namun, apabila pernikahan dengan pasangan yang tidak seimbang sudah terlanjur terjadi, Firman Allah tetap konsisten: Dilarang Bercerai! 

Itulah saatnya orang percaya menjalankan fungsinya sebagai garam: mengasinkan pasangan yang tidak memiliki garam; menjadi penginjil dalam rumah tangga; menangkan jiwa bagi Kerajaan Allah – 1 Korintus 7:12-16.  “… Karena suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh isterinya dan isteri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya…  Tetapi Allah memanggil kamu untuk hidup dalam damai sejahtera…”  Puji Tuhan!

Sudahkah saudara menjalankan fungsi sebagai garam dunia?  Penebar kasih, pembawa damai dan kesejukan? Masih asinkah saudara? Tuhan Yesus memberkati!

Must Read