HomeInfo RohaniRingkasan KhotbahKhotbah Minggu, 16 Oktober 2016

Khotbah Minggu, 16 Oktober 2016

BERAKAR KE BAWAH, BERBUAH KE ATAS
Ayat Pokok: Yesaya 37:31-32
Oleh: Pdt. Lily Rahardjo (GPdI Bulaksere) Cibubur

Saya yakin saudara bukan jemaat yang baru ditanam, bukan pula baru bertumbuh, melainkan jemaat yang sudah berakar ke bawah, berakar jauh ke dalam.

Kekuatan sebuah pohon dapat tumbuh tegak ke atas kalau akarnya merambat jauh ke bawah. Dengan akar begitu dalam ke bawah maka pohon dapat menyerap makanan yang paling bersih di dalam tanah dan menghasilkan buah terbaik. Dengan kata lain, buah-buahnya dapat dinikmati orang sekitar, bukan hanya di lingkungan jemaat Tuhan tetapi sampai ke seluruh daerah, ke mana pun buah itu dibawa.

Bagaimana Cara Berbuah
Buah adalah satu-satunya yang diperhatikan Allah.  Di akhir zaman Allah tidak melihat betapa bagusnya pohon bertumbuh, betapa hebat dapat menghasilkan bunga dan daun, tetapi yang dicari adalah buah.
“Pada tongkat Lewi harus kautuliskan nama Harun…” – Bilangan 17:3.

Bilangan 17:1-8, menceritakan bagaimana bangsa Israel menentukan siapa yang berhak menjadi pemimpin menggantikan Musa. Tuhan menginstruksikan agar setiap pemimpin suku memberikan satu tongkat dan menuliskan nama setiap pemimpin pada tongkatnya dan tongkat yang akan bertunas itulah orang yang Tuhan pilih.

“Ketika Musa keesokan harinya masuk ke dalam kemah hukum itu, maka tampaklah tongkat Harun dari keturunan Lewi telah bertunas, mengeluarkan kuntum, mengembangkan bunga dan berbuahkan buah badam.” – Bilangan 17:8.

Dari 12 tongkat yang diserahkan oleh pemimpin-pemimpin suku bangsa Israel, hanya tongkat Lewi yang Tuhan minta untuk tuliskan nama Harun. Beginilah cara kita berbuah: tongkat yang berbuah adalah tongkat yang tahu meletakkan diri di dekat Allah. Sedekat apa kita dengan Allah menentukan buah yang kita hasilkan.  Semakin jauh kita dari hadapan Allah semakin kita tidak berbuah.

Bagaimana Bisa Berbuah
Allah sedang mengumpulkan buah yang kita hasilkan, siapa yang dapat memberikan buah yang berkenan? Hanya orang yang ada di hadapan Allah, yang diurapi.

“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.” – Yohanes 15 :16.

Perjalanan kita mengiring Tuhan bukan sekedar datang beribadat lalu pulang. Intinya ialah apakah buah yang sudah kita hasilkan?

“Tetapi tugaskanlah mereka untuk mengawasi Kemah Suci, tempat hukum Allah dengan segala perabotan dan perlengkapannya; mereka harus mengangkat Kemah Suci dengan segala perabotannya; mereka harus mengurusnya dan harus berkemah di sekelilingnya.” – Bilangan 1:50.

Untuk bisa berbuah, lakukan tanggung jawab yang dipercayakan Allah kepada kita, yaitu berdiri di hadapan Allah siang dan malam untuk akrab melayani Dia.

Tetap Berbuah 
“Karena itu mereka berdiri di hadapan takhta Allah dan melayani Dia siang malam di Bait Suci-Nya.  Dan Ia yang duduk di atas takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka.” – Wahyu 7:15.

Siang dan malam berarti keadaan suka dan maupun duka. Saudara dan saya dituntut untuk menghasilkan buah-buah yang manis baik dalam keadaan suka maupun duka! Allah melebarkan sayap-Nya, membentangkan kemah-Nya; membentangkan penghiburan, kekuatan, perlindungan penjagaan agar saudara dan saya tetap dapat menghasilkan buah yang berkenan kepada Allah, walau dalam keadaan suram, gelap.  Inilah yang Allah harapkan dari saudara dan saya. Haleluya!

Berbuah Harum
Masa ini kita tidak lagi bicara lagi tentang pertobatan; tentang langkah pertama, kedua, atau ketiga. Kita hampir menyelesaikan langkah perjalanan kita. Menjelang kedatangan Tuhan biarkan Allah menilai apakah buah yang kita hasilkan membangkitkan gairah Allah.

Semerbak bau buah dudaim; dekat pintu kita ada pelbagai buah-buah yang lezat, yang telah lama dan yang baru saja dipetik.  Itu telah kusimpan bagimu, kekasihku!” – Kidung Agung 7:13.

Kiranya jemaat Tuhan yang telah berakar ke dalam dan berbuah ke atas, dan Allah mencium bau harum buah yang kita hasilkan; menyenangkan hati Allah.

Sejak pertobatan kita, sampai hari ini Allah menantikan buah-buah yang lama dan yang baru saja dipetik. Kalau kita masih diberi kesempatan oleh Allah, mari pakai kesempatan itu untuk menyenangkan hati Allah, mengeluarkan buah-buah yang harum dan berkenan kepada-Nya. Ingat, Dia memperhatikan keberadaan kita. Mata Allah tertuju  ke atas setiap saudara dan saya.

Haleluya!  Mari, hasilkan buah-buah yang manis dan harum bagi Allah. Tuhan Yesus memberkati saudara!

Must Read