HomeInfo RohaniRingkasan KhotbahKhotbah Minggu, 23 April 2017

Khotbah Minggu, 23 April 2017

MAWAS DIRI
Ayat Pokok: Lukas 24:32
Oleh: Pdt. David S. Handojo (GPdI Keb Jeruk, Jkt)
 
Beberapa murid menyaksikan kebangkitan Yesus, dan beberapa lagi hanya mendengar tentang kebangkitanNya, seperti kisah dua orang murid Yesus dari Yerusalem yang kembali ke Emaus untuk melupakan kesedihan yang terjadi. Tanpa disadari ada orang ketiga bersama-sama dalam perjalanan mereka, dan menanyakan kepada mereka apa yang terjadi pada saat itu dan dijawab oleh mereka “Apa engkau orang asing sehingga tidak tahu apa yang terjadi? Kami mengharapkan figur Yesus bukan sebagai anak Allah.”

Apakah yang membuat mereka tidak bisa melihat bahwa orang ketiga yang bersama-sama dengan mereka adalah Yesus?

Dibutakan Oleh Pola Pikir
Murid-murid mengharapkan Yesus sebagai raja yang akan membebaskan mereka, mengangkat senjata secara fisik. Mereka hanya mengenal Yesus sebagai nabi, bukan sebagai anak Allah. Penyebabnya adalah karena pola pikir mereka sehingga tidak mengenal Yesus. Seringkali pola pikir kita menyebabkan kita tidak tahu siapa Yesus. Pola pikir manusia membatasi hidup dalam anugerah Allah yang tanpa batas itu. Kurang pengertian seperti inilah yang ada pada kedua orang itu. Hati mereka seperti tertutup tirai sehingga tidak bisa melihat Yesus yang berjalan bersama-sama mereka.

Dibutakan Oleh Berkat Jasmani
Pengertian mereka hanya sebatas berkat-berkat jasmani; berharap Yesus membebaskan mereka dari jajahan Romawi, berharap Yesus jadi pahlawan yang membebaskan mereka. Sehingga pada waktu Yesus tidak ada, pada waktu berkat itu hilang, maka pemberi berkat dilupakan. Mereka hanya bersandar pada berkat, bukan pada Sang Pemberi Berkat. Itu sebabnya mereka tidak menyadari kehadiran Yesus di tengah-tengah mereka.

Pemulihan Sensitifitas
Yesus berkata, “Kalau engkau ada di dalam Aku dan Firman-Ku ada di dalam kamu, maka engkau adalah murid-murid-Ku dan engkau akan mengerti Firman-Ku, dan Firman-Ku akan membebaskan engkau dari pola pikir duniawi.” Kurang pengertian terjadi karena Firman Allah tidak dipelajari, tidak bertumbuh, tidak berakar, dan tidak peduli dengan perasaan hati nuraninya (sensitifitas hilang). Kehadiran Orang ketiga (Yesus) dalam perjalanan mereka, membakar hati nurani mereka. Kata mereka seorang kepada yang lain: “Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?” – Lukas 24:32.

Mawas Diri
Paulus mengingatkan, untuk mengembalikan sensitifitas terhadap kehadiran Kristus, kita perlu mawas diri. Bagaimanakah supaya kita dapat mawas diri?

1. Menjaga kekudusan
“Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Allah” – Ibrani 12:14.

Allah hanya bisa didekati dengan hati nurani yang kudus. Persembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah.

2. Patuh kepada hati nurani
Jangan sampai pengetahuan kita menghakimi iman kita. Saat pengetahuan menghakimi iman, maka disitulah kita terhilang. Pada saat kita menjadi orang yang terhilang, Kita tidak bisa menjaga kekudusan, tidak bisa sensitif terhadap suara Roh, tidak bisa menjaga kepatuhan terhadap hati nurani.

“Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia”
– Kisah Para Rasul 24:16.

Pilihan kita mengijinkan kuasa Roh Kudus menguasai hidup kita, memulihkan sensitifitas kita akan hadirat Allah dalam hidup kita. Marilah kita menjaga kepekaan kehadiran kuasa Roh Kudus dalam hidup kita supaya hidup kita dipulihkan dan kita bisa menjadi saksi Kristus.  Amin, Tuhan Yesus memberkati saudara.

Must Read