HomeInfo RohaniRingkasan KhotbahKhotbah Minggu, 27 Agustus 2017

Khotbah Minggu, 27 Agustus 2017

DI DOA IBUKU
Ayat Pokok: Keluaran 2:1-10; 1 Samuel 1:1-8
Oleh: Hessel N. Mandey
 
Saat Musa dilahirkan, bangsa Israel tengah hidup dalam penindasan sebagai budak di Mesir.  Alkitab mencatat, “dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja, dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat, yaitu mengerjakan tanah liat dan batu bata, dan berbagai-bagai pekerjaan di padang, ya segala pekerjaan yang dengan kejam dipaksakan orang Mesir kepada mereka.”  Penindasan mencapai puncaknya, saat raja Mesir mengeluarkan perintah: “Lemparkanlah segala anak laki-laki yang lahir bagi orang Ibrani ke dalam sungai Nil…” – Keluaran 1.

Musa
Kitab Keluaran pasal 2 memuat kisah Musa sejak lahir sampai dipanggil Tuhan untuk memimpin bangsa Israel ke luar dari perhambaan di Mesir.

Ia lahir di tengah situasi mencekam di mana semua anak laki-laki Israel harus dibunuh.  Ibunya hanya bisa menyembunyikannya selama tiga bulan.

“Tetapi ia tidak dapat menyembunyi-kannya lebih lama lagi, sebab itu diambilnya sebuah peti pandan, dipakalnya dengan gala-gala dan ter, diletakkannya bayi itu di dalamnya dan ditaruhnya peti itu di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil…”

Kita tahu, Musa tetap dipelihara dan disusui oleh ibu kandungnya, sebelum akhirnya diserahkan dan diangkat menjadi anak oleh puteri Firaun.  Ia mengecap pendidikan tinggi dan kemewahan hidup di istana raja Mesir, namun uniknya, ia tidak menjadi seperti orang Mesir!

Mesir bicara tentang dunia.  Berkat doa seorang ibu yang sangat mengasihi puteranya, meski hidup di tengah gemerlap dunia, Musa tidak menjadi orang dunia!  Ia tetap pegang Firman Tuhan!  Dan Tuhan pun berkenan mengutusnya untuk membawa bangsa Israel ke luar dari Mesir!

Samuel
Perjalanan hidup Samuel, bahkan sejak sebelum ia dikandung ibunya (1 Samuel 1:1-8) sampai dewasa: menjadi hakim terakhir bagi bangsanya; nabi Tuhan (1 Samuel 3:20); imam (1 Samuel 9:13-14) – tak lepas dari peran doa seorang ibu.

“…dengan hati pedih ia berdoa kepada TUHAN sambil menangis tersedu-sedu.  Kemudian bernazarlah ia, katanya: “TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada TUHAN untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya…” 

Hana bernazar, dan ia menepati janjinya: “Untuk mendapat anak inilah aku berdoa, dan TUHAN telah memberikan kepadaku, apa yang kuminta dari pada-Nya.  Maka akupun menyerahkannya kepada TUHAN; seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada TUHAN…” – 1 Samuel 1:10-28.

Dalam doa setiap ibu, ada nama saudara dan saya yang senantiasa diingat dan disebutnya!  Di balik setiap kesuksesan, ada doa seorang ibu.  Puji Tuhan!

Kepedihan atau keperluan mendesak apa yang tengah saudara hadapi?  Seperti ibu Hana, mari bawa segala kesusahan dan kepahitan dalam doa yang tak berkesudahan.  Percaya, dan saudara akan melihat bagaimana Tuhan sanggup bekerja dan memberi pertolongan.  Haleluya! Tuhan Yesus memberkati!

Previous article
Next article

Must Read