HomeInfo RohaniRingkasan KhotbahKhotbah Minggu, 5 Januari 2020

Khotbah Minggu, 5 Januari 2020

KASIH dan SETIA
Ayat Pokok: Amsal 3:3-4
Oleh: Pdt. Yessy A. Tololiu (GPdI Berlan)

Kasih dan Setia merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Amsal 3:3 mengatakan: “Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu, …” supaya kasih dan setia jangan meninggalkan engkau! Dan engkau tidak meninggalkan kasih dan setia.

Mengapa kasih jangan kita tinggalkan?
Karena kasih yang menyelamatkan kita dari dosa, dan karena kasih kita tidak dibinasakan. “Ia mengangkat aku dari lobang kebinasaan, …” demikian kata pemazmur.

Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, ketika dia berdoa agar bisa memahami dan mengukur kasih Allah; lebarnya, panjangnya, tingginya, dalamnya, tapi dia tidak menemukan ujung dari kasih Allah itu, karena kasih Allah memang tidak berujung! Sungguh luar biasa!

Kasih merupakan yang terbesar
Kepada jemaat Tuhan yang di Korintus, Paulus berkata, “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih” (1 Kor. 13:13).

Iman dan pengharapan hanya dibutuhkan selama kita hidup di dunia ini. Tetapi kasih terus dibutuhkan sampai kita masuk dalam kekekalan. Karena kasih sifatnya kekal, sama seperti Allah yang kekal adanya.

Kasih merupakan hukum yang terutama
Seorang ahli Taurat bertanya kepada Yesus, “Guru, hukum manakah yang terutama dalam hokum Taurat?” Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mat. 22:36-39).

Kalau kita mengasihi Tuhan, tentu kita taat pada sepuluh perintah Allah yang dituliskan oleh jari Tuhan pada dua loh batu: Jangan membuat patung dan sujud menyembah kepadanya, jangan menyebut nama Tuhan dengan sembarangan, kuduskanlah hari sabat karena hari Sabat adalah hari Tuhan; hari di mana kita datang beribadah kepada Tuhan.

Kasih merupakan puncak dari iman percaya kita
“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Ibr. 11:1). Karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan, dan kasih akan saudara-saudara dan semua orang supaya kamu dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita. (2 Pet. 1:5-8).

Elimelekh, meninggalkan Betlehem dan kemudian menetap di Moab. Betlehem adalah rumah roti. Meninggalkan Betlehem sama saja seperti meninggalkan Tuhan.

Lalu apa yang terjadi? Elimelekh mati, demikian pula kedua anaknya. Ibr. 12:15 berkata, “Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, …” Meninggalkan kasih karunia Allah sama halnya dengan meninggalkan Tuhan.

Akibatnya? Tumbuh akar pahit, seperti yang dirasakan oleh Naomi, “Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku” (Rut 1:20).

Kepahitan itu menyengsarakan kehidupan kita. Karena itu jangan meninggalkan kasih karunia Allah. Biarlah kasih itu kita kalungkan di leher dan dituliskan pada loh hati kita.

Haleluyah! Tuhan Yesus memberkati.

Must Read