HomeInfo RohaniRingkasan KhotbahRingkasan Khotbah Minggu, 1 Maret 2020

Ringkasan Khotbah Minggu, 1 Maret 2020

KETIDAKTAATAN = IBADAH PALSU
Ayat Pokok: 1 Samuel 15:1-3
Oleh: Pdm. Hizkia Rephael Mandey

Ketika bangsa Israel keluar dari Mesir menuju ke tanah perjanjian, mereka dihadang oleh orang-orang Amalek di suatu tempat yang bernama Rafidim sehingga terjadi pertempuran. Dengan pertolongan Tuhan, bangsa Israel menang atas Amalek.

Dalam Perjanjian Lama, biasanya peperangan yang terjadi pada bangsa-bangsa di jaman dulu, selalu berkaitan dengan perebutan wilayah, mengalahkan rajanya dan kemudian menguasai bangsanya, lalu menjadikannya budak.

Tetapi saat itu Israel belum mempunyai wilayah. Mereka sedang dalam perjalanan keluar dari Mesir menuju ke tanah perjanjian, namun mereka sudah dihadang oleh Amalek. Itulah yang menyebabkan Allah begitu marah kepada orang Amalek sehingga kepada Musa Tuhan berfirman akan menghapuskan ingatan kepada orang Amalek (Kel. 17:14).

Ketidaktaatan Saul
Setelah Saul diurapi menjadi raja atas Israel, Tuhan berfirman: “Aku akan membalas apa yang dilakukan orang Amalek kepada orang Israel, karena orang Amalek menghalang-halangi mereka, ketika orang Israel pergi dari Mesir. Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya. Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba, unta maupun keledai” (1 Sam 15:2-3).

Perintah Tuhan sangat jelas. “Tetapi Saul dan rakyat itu menyelamatkan Agag (raja orang Amalek) dan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dan tambun, pula anak domba dan segala yang berharga: …” (ay. 9).

Di sinilah bentuk ketidaktaatan Saul terhadap firman Tuhan, sehingga menyesallah Tuhan telah menjadikan Saul raja Israel (ay. 11). Akibatnya, keturunan Saul tidak bisa melanjutkan dia menjadi raja. Tuhan sudah mengalihkannya kepada Daud.

Mencari pembenaran diri sendiri
Dalam Roma 10:3 dikatakan: “… oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah.” Itulah yang dilakukan Saul.

Ketika Samuel datang kepadanya, ia berkata, “Diberkatilah kiranya engkau oleh TUHAN; aku telah melaksanakan firman TUHAN” (ay. 13). Tetapi kata Samuel: “Kalau begitu apakah bunyi kambing domba, yang sampai ke telingaku, dan bunyi lembu-lembu yang kudengar itu?” Jawab Saul: “Semuanya itu dibawa dari pada orang Amalek, sebab rakyat menyelamatkan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dengan maksud untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu; …” (ay. 15).

Saul berdalih untuk mencari alasan pembenaran atas tindakannya. Dalam Perjanjian Lama di setiap ibadah selalu harus ada korban persembahan kepada Allah. Namun bukan dari korban binatang yang seharusnya dibinasakan.Tuhan tahu hati Saul, karena itu Allah tidak berkenan.

Mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan
Setelah mendengar jawaban Saul (ay. 15), berkatalah Samuel: “… Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, …” (ay. 22). Atau dengan kata lain, taat lebih baik dari pada korban.

Nadab dan Abihu, anak-anak Harun, juga melakukan kesalahan yang sama seperti Saul. Karena mereka tidak mau kalah dengan Musa dan Harun di mana mereka melihat api Tuhan dari langit langsung membakar korban yang dipersembahkan Musa dan Harun sehingga membuat takjub seluruh bangsa Israel pada saat itu.

Mereka juga membawa korban namun tidak sabar menunggu api Tuhan, lalu membawa api sendiri dan membakar korbannya dengan api itu; api asing, bukan api Tuhan. Ini menjadi satu kebencian kepada Tuhan. Ketika api Tuhan turun, langsung membakar Nadab dan Abihu. Hukuman Tuhan berlaku.

Jadi jangan main-main dengan ibadah kita. Jangan menampilkan sesuatu yang palsu. Tuhan tahu! Ketaatan itu harus ada di dalam kita; taat kepada firman Tuhan, taat melakukan perintah Tuhan, barulah kita dapat beribadah dengan benar di hadapan Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati kita semua.

Must Read