HomeUncategorizedFarisi dan Pemungut Cukai

Farisi dan Pemungut Cukai

Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. (Lukas 18:13)

Yesus memberikan sebuah perumpamaan tentang orang Farisi dan pemungut cukai. Konteks dari perumpamaan dan perikop di mana ayat di atas berada adalah dalam usaha Yesus menghadapi beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan berusaha merendahkan orang lain. Untuk menjelaskan tentang kebenaran, Yesus menggunakan contoh bagaimana kedua orang tersebut kala mereka berdoa kepada Allah.

Orang Farisi adalah salah satu sekte orang Yahudi yang terdiri dari para rabi dan ahli Taurat di mana mereka sangat mentaati hukum dan peraturan dalam kitab Taurat Musa. Orang-orang Farisi sangat taat kepada hukum-hukum agama Yahudi dan juga peraturan-peraturan yang sudah ditambahkan pada hukum-hukum itu dari zaman ke zaman. Mereka lebih menekankan pada pelaksanaan hukum Taurat, termasuk dalam hal berpuasa dan dalam memberikan persembahan persepuluhan. Mereka percaya bahwa ketaatan dalam menjalankan hukum-hukum tersebut akan mendatangkan berkat bagi kehidupan mereka. Dalam doanya, mereka menyatakan kelebihan dirinya dalam mentaati hukum-hukum dan peraturan Taurat tersebut.

Sebaliknya, pada sisi yang lain Yesus mengatakan tentang pemungut cukai yang ketika berdoa berdiri jauh-jauh dan menyesali diri dengan tunduk dan memukul dirinya sambil mengaku bahwa dirinya adalah orang yang berdosa di hadapan Allah. Yesus memperlihatkan perbandingan dari kedua orang tersebut dan mengatakan bahwa pemungut cukai itu dibenarkan oleh Allah dari pada orang Farisi. Yesus tahu siapa yang hidup dalam kebenaran dan rendah hati.

Dari perumpamaan ini, kita lihat bahwa Yesus mengutamakan kerendahan hati ketika kita berdoa kepada Tuhan. Ia menyelidiki sampai kedalaman hati kita untuk membenarkan doa dari orang-orang yang rendah hati. Bagaimanakah dengan sikap hati kita ketika berdoa kepada Tuhan? Barangkali kita tidak dapat merangkai kata-kata yang bagus, tetapi doa sederhana yang keluar dari hati yang hancur dibenarkan oleh Tuhan. (phm)

DOA :“Tuhan, aku mau menaikkan doa kepada-Mu dalam kerendahan hatiku, karena Engkau mengetahui isi hatiku sepenuhnya. Ajarku hidup dalam kebenaran-Mu. Amin.”

Must Read