Gotong Royong

Berdua lebih baik daripada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, …. (Pengkhotbah 4:9-10a)

Ketika masih duduk di bangku sekolah dulu, kata “gotong-royong” sangat akrab di telinga anak-anak kecil sekalipun. Tidak demikian dengan zaman now. Dulu, setiap kali murid-murid harus menghapal butir-butir Pancasila yang ditaburi banyak kata “gotong royong” di mana-mana. Itu sebabnya saya cukup surprise saat Bapak Presiden menggunakan kata ini sebagai salah satu unsur yang harus dicamkan dalam menghadapi ancaman epidemi CoronaVirus yang berasal dari Cina, beberapa waktu yang lalu. Gotong royong adalah sebuah sikap yang harus menjadi prinsip hidup kita sebagai warga negara Indonesia. Saling membantu, saling mendukung dan bekerjasama untuk kebaikan bersama. Prinsip yang juga ada di dalam Alkitab. Salah satunya adalah pada nats bacaan kita di atas.

Ketika banjir melanda Jakarta di awal tahun lalu, saya sempat terjebak di tengah jalan, karena kendaraan umum yang saya naiki tak bisa menembus genangan air yang cukup dalam. Saya terdiam sesaat sambil berpikir tentang apa yang harus saya lakukan untuk bisa melanjutkan perjalanan. Sambil berjalan menuruni anak tangga, beberapa orang di sekitar saya mulai bersepakat untuk menyewa angkot ke stasiun kereta yang masih beroperasi. Saya mencoba untuk mengikuti mereka dan akhirnya saya pun diajak untuk bergabung. Bersama-sama kami akhirnya sampai di stasiun tersebut dan perjalanan pun dapat dilanjutkan. Begitulah gotong royong. Bersama-sama jadi lebih baik daripada sendirian, bukan?

Kerjasama hanya akan terlaksana bila kita tidak membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain. Gotong royong hanya terwujud jika setiap orang peduli serta menghormati sesamanya. Paulus bahkan menasihati umat Tuhan yang ada di Galatia dengan menuliskan, “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.” (Galatia 6:2). Mari kembali bergotong royong dalam bermasyarakat. Berhentilah menggunjingkan yang berdosa. Pedulilah pada orang-orang di sekitar kita. Tahanlah diri kita untuk “menghakimi” orang lain, apalagi jika tak dapat membuktikan kabar berita yang beredar tentangnya. Ingat, kita adalah pengikut Kristus (Matius 5:16). (em)

DOA : “Bapa, terkadang, ada hari-hari yang terasa berat untuk menolong orang yang rasanya tak pantas ditolong. Mampukanlah aku oleh kuasa kasih-Mu, ya Yesus. Amin.”

Must Read