Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. (Kej 15:6)
Andy kecil ingin ikut ketika Om dan Tantenya hendak pergi ke pusat kota untuk membeli mie goreng dan bakso favorit keluarga. Padahal sejak tadi ia tampak sudah menahan kantuk. Namun bocah balita itu tidak mau diajak tidur. Akhirnya mereka sampai dan ikut dalam antrean pembeli. Siang itu cukup banyak juga yang sudah memesan. Dengan gelisah Andy kecil terus merengek minta jalan-jalan di trotoar hingga pesanan mereka selesai. Di perjalanan pulang, Andy kembali merengek minta makan saat itu juga. Akhirnya dengan peralatan seadanya di dalam mobil, mama menyuapi mie goreng ke dalam mulutnya. Dan setelah beberapa suap ditelannya, Andy pun tertidur di pudak mamanya. Anak kecil saja tahu menantikan apa yang sudah dijanjikan.
Namun terkadang, apa yang Tuhan janjikan terasa begitu jauh dari kenyataan. Meskipun kita percaya kepada kuasa Tuhan, namun di sudut hati kita masih berpikir bahwa mungkin Tuhan memang tidak menghendaki apa yang kita doakan terjadi dalam kehidupan kita. Bukan karena Tuhan tidak mampu melakukannya, tetapi kita berpikir bahwaTuhan tidak menginginkannya lagi bagi kita. Seperti saat Abram merasa takut dalam Kejadian 15. Meskipun sebelumnya, di Kejadian 12 Allah telah berjanji akan menjadikan dirinya suatu bangsa yang besar, namun Abram menjadi takut karena waktu yang terbentang antara janji Allah dengan kenyataan hidupnya di Kejadian 15 bukanlah tahun-tahun yang sedikit. Abram berpikir bahwa ia akan mewariskan kekayaannya pada Eliezer, pegawainya. Rasa sedih dan takut berkecamuk dalam dirinya saat itu. Menunggu memang kerap jadi pekerjaan yang menjemukan.
Bukan saja tidak enak, penantian yang terlalu lama juga kerap melemahkan pengharapan dan iman kita. Mungkin Anda sedang menantikan sesuatu yang sekalipun rasanya sudah dijanjikan oleh Tuhan, namun rentang waktu yang panjang seolah menggerus iman Anda. Maka harapkanlah pada lawatan Allah. Ketika Allah mendatangi Abraham dalam suatu penglihatan, Dia kembali mengulang janji-Nya yang sama. Saat lawatan Allah itu datang, Abram kembali mempercayai-Nya. Dan kabar baiknya, Tuhan memperhitungkan kepercayaan Abram sebagai kebenaran. Haleluya! Mari nantikan lawatan Tuhan dalam waktu-waktu teduh pribadi kita setiap hari. Tetap nantikan Tuhan! (em)
DOA: “Kaulah satu-satunya sobatku yang setia, ya Yesus. Lawatan-Mu terus kunantikan, agar setiap janji-Mu kupegang teguh, sampai Kaugenapi segalanya. Amin.