Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka. (Yak 2:1)
Apa yang dikatakan oleh rasul Yakobus merupakan hal yang lumrah sejak zaman gereja mula-mula hingga di akhir zaman ini. Pada zaman gereja mula-mula, mereka membedakan antara orang Yahudi dengan non Yahudi, antara orang yang bersunat dengan yang tidak bersunat, antara perempuan dan laki-laki. Misalnya dalam hal beribadah, berkhotbah atau menyampaikan firman Allah. Pembedaan tersebut semakin tajam dari waktu ke waktu karena mereka memandang muka. Orang-orang Yahudi merasa diri mereka lebih superior karena mereka adalah bangsa pilihan Allah. Bangsa-bangsa lainnya digolongkan sebagai orang kafir dan bukan bangsa pilihan Allah. Pembedaan tersebut dapat dikatakan berdasarkan SARA seperti istilah yang dipakai dalam bangsa kita sekarang ini, yaitu pembedaan berdasarkan suku, agama dan ras.
Yakobus mengingatkan agar kita tidak terlibat dalam pembedaan tersebut dengan bahasa yang lebih lunak, yaitu dengan sebutan ‘memandang muka.’ Banyak orang dalam gereja yang juga suka membeda-bedakan orang lain menurut penampilan fisiknya atau melihat penampilan luarnya. Itu bisa menipu dan memperdaya mereka yang tidak waspada atau tidak teliti dalam menilai orang tersebut. Orang yang semula dipandang sebagai orang terhormat, akhirnya ketahuan ternyata adalah seorang penjahat atau sama sekali tidak terhormat karena perbuatan dosa dan kejahatannya.
Kita perlu menilai orang lain tidak dari penampilan fisiknya semata. Nilailah mereka dari sudut pandang kasih sebagaimana kita menilai dan mengasihi diri kita sendiri. Tidak boleh ada prasangka atau pilih kasih dalam keluarga Allah. Kita semua telah dilahirkan kembali oleh karena kematian Yesus dan kita semua sama-sama telah dibangkitkan untuk memiliki cara hidup yang baru. Hal itu harus diwujudkan dalam cara kita memperlakukan orang percaya lainnya. Sebagaimana Kristus tidak membeda-bedakan, demikian juga kita.
Bagaimana perlakuan kita kepada sesama orang beriman? Sudahkah kita melakukan praktik yang tidak membeda-bedakan? Mari kita bersikap ramah kepada setiap orang dan tidak memandang muka. (phm)
DOA: “Tuhan aku mau belajar dari-Mu untuk tidak memandang muka dalam relasi antara sesama kami. Kasih-Mu tidak membeda-bedakan kami satu sama lain. Amin.”