HomeWadah & PelayananPELGAP EmausBengkel keluarga Emaus

Bengkel keluarga Emaus

 MEMBENTUK KARAKTER ANAK
(Makalah dari Bapak Jahja Wigianto dari “Focus Pada Keluarga” dalam Acara Bengkel Keluarga-PELGAP Emaus)

Mengenal kata karakter berasal dari kata “carasso” (bhs Yunani) yang artinya sidik/sidik jari. Ada 2 pemahaman yaitu:

  1. Given. Diterima sebagai rahmat, seperti hidung besar, kulit hitam, lahir di Indonesia, suara, dll.
  2. Willed. Keberanian, rendah hati, kreatif, tanggung jawab – ini yang bisa kita kembangkan.

Pada dasarnya ada 6 ciri anak yang bermasalah:

  • Susah diatur/ kerja sama
  • Kurang terbuka
  • Menanggapi negatif
  • Menarik diri
  • Menolak kenyataan
  • Menjadi pelawak

Ciri-ciri tersebut berkembang dalam diri anak, juga dapat merupakan suatu bentuk menarik perhatian yang mereka inginkan dari sekitarnya. Bentuk negatif ini timbul seringkali karena orang tua hanya memberi perhatian pada anak, di saat mereka berbuat keonaran.

Masalah yang ada pada anak bermula dari:

  • Keluarga
  • Usia 7 tahun ke bawah (mental block)
  • Maka dari itu mari kita bangun karakter anak sejak usia dini.

Usia 0-6 tahun adalah usia emas bagi anak, karena di masa ini otak berkembang sangat cepat hingga 80%. Dia menerima, menyerap berbagai informasi, tanpa melihat baik maupun buruk. Pada usia inilah fisik, mental dan spiritual anak berkembang dengan maksimal.

Riset tentang teknik penyerapan informasi ke otak:

  • Membaca 10%
  • Mendengar 20%
  • Mendengar & Melihat 50%
  • Mengatakan 70%
  • Mengatakan & Melakukan 90%

Anak-anak membutuhkan 3 hal utama:

  1. Kebutuhan rasa aman.Mereka dapati pertama dan terpenting dari perlindungan & kasih sayang orang tua.
  2. Kebutuhan untuk mengontrol. Orang tua harus mengontrol hal-hal yang berhubungan terhadap benar, salah, bahaya dan negatif. Tapi orang tua juga harus mengajar anak agar dapat mandiri, menentukan pilihan dan mengontrol emosinya.
  3. Kebutuhan untuk diterima. Orang tua harus meluangkan waktu menemani, bermain bersama, memeluk dan mencium tanda kasih sayang. Agar dapat membangun rasa percaya diri seorang anak.

Yang perlu anda ajarkan adalah SIAPA DIRI ANDA? Perkenalkan pada anak bagaimana menjadi seorang yang konsekuen, anda berbuat seperti apa yang anda katakan.

Karakter akan terbentuk sebagai hasil pemahaman 3 hubungan yang pasti yaitu:

  1. Intrapersonal (dengan diri sendiri – kepercayaan). Karakter anak adalah karakter turunan, peran seorang ayah sangat penting, karena mengajar kehidupan tentang survival dan karir.
  2. Lingkungan (pergaulan). Pola asuh yang diterima anak dari dalam keluarga, merupakan modal baginya untuk terjun ke lingkungan. Jangan kuatir bila anak tidak mendengarkan anda, tapi kuatirkan kalau mereka selalu mengamati anda.
  3. Tuhan. Dengan dekat Tuhan, maka kita akan melihat anak kita bertumbuh dan berubah menjadi seperti apa yang diinginkan Tuhan.

Dorothy Law Nolite menyimpulkan:

 

  • Jika anak dibesarkan dengan celaan, maka ia belajar memaki.
  • Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, maka ia belajar berkelahi.
  • Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, maka ia belajar rendah diri.
  • Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, maka ia belajar menyesali diri.
  • Jika anak dibesarkan dengan toleransi, maka ia belajar mengendalikan diri.
  • Jika anak dibesarkan dengan motivasi, maka ia belajar percaya diri.
  • Jika anak dibesarkan dengan kelembutan, maka ia belajar menghargai.
  • Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, maka ia belajar percaya.
  • Jika anak dibesarkan dengan dukungan, maka ia belajar menghargai diri sendiri.
  • Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, maka ia belajar menemukan kasih dalam kehidupannya

Kita harus berani bijaksana membentuknya sesuai dengan apa yang Tuhan kehendaki. Karena itu adalah sebenarnya alasan Tuhan menempatkan lakon kita sebagai orang tua.

Cara membangun karakter anak: 

 

  1. Temukan kemampuan unik anak kita. Anak jangan dipaksa melakukan hal yang tidak diinginkannya. Hentikan upaya untuk membandingkan dengan saudara atau teman lainnya.
  2. Apresiasikan prestasi dan kerja keras anak. Berikan penghargaan atas prestasinya.
  3. Fokus pada tindakan mereka bukan penampilan.
  4. Tonjolkan sisi positif mereka, hilangkan sisi negatif. Beri contoh kepada anak beberapa tindakan positif yang kita banggakan dan akui perbuatan tersebut pada anak.
  5. Mebuat slogan keluarga “saya bisa melakukan”. Mendorong anak supaya berpikir lebih positif tentang diri mereka sendiri.
  6. Jangan selalu membantu mereka memecahkan masalah. Efek negatifnya adalah membuat anak tidak mandiri.
  7. Bantu anak belajar dari kesalahannya. Saat anak salah jangan menghakimi tetapi bantu mereka untuk belajar dari kesalahannya.

Dalam perjalanan kita mendidik anak, ada aturan mainnya dan konsekuensinya, seperti yang terdapat dalam Kitab Pengkhotbah, segala sesuatu ada waktunya/masanya. Ada saat kita memberi pujian, namun kita tetap tegas dalam memberi pernyataan terhadap hal-hal yang salah/negatif. Ada waktu kita memberi nasehat, tapi kita pun perlu memberi kesempatan pada anak kita untuk mengembangkan percaya diri dan kreatifitasnya.

Sebagai orang tua kita berhak memberikan hukuman/ pelajaran terhadap kesalahan, sama wajibnya kita menerangkan bagaimana cara melakukan yang benar dan apa yang menjadi suatu kebenaran. Walaupun kita sebagai orang tua yang berpengalaman, tapi kita harus dapat mengakui kekeliruan kita dan meminta maaf pada anak.

Kita harus selalu meminta pertolongan dari Tuhan dalam membimbing dan membesarkan anak-anak kita. Bagian kita adalah mengatakan hal yang benar dan salah menurut Firman Tuhan. Dan kita hidup dengan berusaha menerapkan iman percaya kita ke dalam tindakan yang dapat dilihat oleh anak-anak kita.

Tuhan telah mendahului setiap perjalanan hidup kita masing-masing, begitupun untuk anak-anak kita. Rancangannya adalah untuk damai sejahtera, mari kita sebagai orang tua turut menjadi rekan sekerja Allah.

Previous article
Next article

Must Read