MENDEKATLAH PADA TUHAN
Keluaran 19:16-25; Ulangan 5:15-27
Oleh   :  Pdt. A.H. Mandey

Tuhan turun ke atas gunung Sinai untuk bertemu dengan orang Israel yang berkumpul di kaki gunung.  Tetapi karena Allah yang kudus tidak dapat dilihat oleh manusia berdosa, maka yang kelihatan adalah: kilat, awan padat, asap, dan api.  Yang kedengaran ialah guruh dan bunyi sangkakala yang amat keras.  Sama seperti bangsa Israel 3500 tahun lalu, kita percaya Allah ada, meski kita belum pernah melihat Dia.

Masuk Dalam Api, Tapi Tidak Mati

Tuhan turun ke atas gunung itu dalam api, asap pekat membubung, sehingga seluruh gunung gemetar sangat (= gempa bumi hebat).  Sebelumnya, ada guruh, kilat dan awan padat di atas gunung dan bunyi sangkakala yang sangat keras.  Dari kedua ayat ini kita bisa bayangkan satu peristiwa dahsyat dan menakutkan di gunung Sinai.  Dan bangsa itu melihat Musa naik ke atas gunung.
Musa memang gemetar ketakutan menyaksikan semua itu, tetapi heran, saat ia naik ke atas gunung, masuk dalam api untuk berbicara dengan Allah, ia tidak mati!  Sebab api yang dilihat oleh bangsa Israel adalah api kemuliaan Allah.  Api itu adalah tanda dari hadirat Allah.  Orang yang masuk ke dalam kemuliaan Allah, tidak akan mati.
Bangsa Israel mengaku telah melihat kemuliaan dan kebesaran Allah.  Mereka melihat Musa masuk ke dalam api.  Dan Musa tidak mati.  Tetapi kemudian bangsa ini kuatir dan takut kalau-kalau mereka akan mati – Ulangan 5:24-26.  Apa yang harus kita lakukan saat kekuatiran, ketakutan, krisis, dan kegelapan melanda hidup kita?  Jawabnya ada di Ulangan 5:27 – “Mendekatlah engkau dan dengarkanlah segala yang difirmankan TUHAN, Allah kita...”  Jangan lari dari Tuhan.  Melainkan mendekatlah kepadaNya dan dengarkanlah FirmanNya!
Keadaan dunia tidak akan menjadi lebih baik.  Orang berdosa akan kian berdosa.  Tetapi di tengah dunia yang semakin gelap, percayalah, Tuhan ada dan Dia tetap ada selamanya – Yesaya 43:10-13.  Justru di tengah kegelapan yang menakutkan itulah Tuhan mau menyatakan diri dan berbicara kepada umatNya.  Haleluya!

Beribadah Pada Hari Sabat

Ketika bangsa Israel telah tiba di tanah perjanjian, Tuhan mengingat-kan mereka untuk, antara lain, merayakan hari Sabat.  Hari Sabat adalah hari ke-7 dalam satu minggu.  Pada hari itulah orang berhenti dari segala kegiatan untuk beribadah kepada Tuhan.  Tujuan ibadah adalah: supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu – Ulangan 5:15-16.
Sebab itu, “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat” – Ibrani 10:25.
 

Doa rasul Yohanes: “semoga engkau baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala sesuatu, sama seperti jiwamu baik-baik saja” – 3 Yohanes 1:2.  Yang diharapkan adalah tubuh/jasmani yang baik-baik dan sehat, serta jiwa/rohani yang baik (Bahasa Inggris: “prosperous” = berkelimpahan).  Rasul Yohanes menghendaki agar saudara dan saya mengalami kelimpahan (= tidak kekurangan suatupun) dalam perkara jasmani maupun rohani.
Dulu orang Israel beribadah pada hari Sabat = hari ke-7 = Sabtu sesuai Hukum Taurat, tetapi kita beribadah pada hari Minggu = hari pertama dalam satu minggu.  Mengapa?  Karena Yesus memulaikan sesuatu yang baru.  Setelah mati dan dikuburkan tiga hari tiga malam, Ia bangkit pada hari pertama minggu itu, yaitu hari Minggu.  Itu sebabnya kita sekarang beribadah pada hari Minggu.

Sangkakala

Sebelum Tuhan turun ke atas gunung Sinai dalam api, terdengar bunyi sangkakala yang amat keras; makin lama makin keras.
Bangsa Irael memiliki tiga hari raya besar:
1. Paskah;
2. Pantekosta;
3. Pondok Daun-Daun, terdiri dari tiga hari raya:
a. Hari Raya Bunyi Nafiri/Sangkakala;
b. Hari Raya Penebusan, dimana segala dosa disucikan; dan
c. Hari Raya Pondok Daun-Daun
Hari Raya Paskah dan Pantekosta sudah digenapi.  Sekarang kita menghadapi Hari Raya Pondok Daun-Daun yang masih akan digenapi.  Hari Raya ini diawali dengan Hari Raya Bunyi Nafiri, dimana nafiri/sangkakala dibunyikan, yaitu untuk membangunkan umat Allah yang tertidur secara rohani agar melakukan Firman Tuhan. 

Dalam Api Yang Menyala-Nyala

Kalau dulu Allah turun di gunung Sinai dalam api yang bernyala-nyala, kelak Yesus pun akan datang kembali dalam api yang menyala-nyala, yaitu untuk (2 Tesalonika 1:7-8):
1. Memberi kelegaan pada orang percaya yang tertindas; dan
2. mengadakan pembalasan serta membinasakan mereka yang:
(i) tidak mau mengenal Allah; dan
(ii) tidak mau menaati Injil Yesus
Yesus akan datang kembali sebagai Raja segala raja, yaitu bagi kita yang menanti-nantikan kedatanganNya.  Tetapi bagi mereka yang tidur secara rohani, kedatangan Tuhan akan seperti pencuri.
Musa naik ke atas gunung Sinai, masuk ke dalam api yang menyala-nyala untuk mendengarkan Firman Tuhan bagi seluruh bangsa Israel.  Kelak, Yesus pun akan datang kembali dengan pedang yang keluar dari mulutNya (= Firman Tuhan) untuk membinasakan mereka yang tidak mau mendengarkan FirmanNya.
Buat kita sekarang, saat melihat dan menghadapi kegelapan, kesusahan, dan ancaman, jangan lari dari Tuhan!  Melainkan datanglah mendekat kepadaNya.  Maka Tuhan akan menyatakan diri dan menyampaikan FirmanNya kepada saudara.
Tuhan Yesus memberkati!