Khotbah Minggu, 2 Oktober 2011 |
Puji Tuhan! Penumpangan tangan bicara tentang Tuhan membaptis dengan Roh Kudus. Roh Kudus digambarkan seperti api yang menyala. Nyala api Roh Kudus dalam kehidupan kita harus terus dijaga agar jangan sampai redup atau bahkan padam! Itu sebabnya rasul Paulus bukan lagi memberi nasihat, tapi peringatan (= warning) kepada anak rohani yang dikasihinya, Timotius. Ada bahaya besar mengancam jika Timotius tidak mengobarkan (= to rekindle = menyalakan kembali) karunia Allah yang ada di dalamnya.
Saat pencobaan, tantangan, ujian, masalah, penyakit datang, ingat, Roh yang Allah berikan, bukanlah roh ketakutan, melainkan Roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban! Karenanya, jangan mundur sebelum maju berperang! Ingat kisah tentara Gideon – Hakim-Hakim 7:1-7. Yang menjadi pertanyaan ialah: Apa yang dilihat Allah dalam diri manusia hingga Ia jatuh cinta berat pada manusia yang sudah rusak parah akibat dosa?? Dalam Lukas 10:30-35 Tuhan Yesus memberi perumpamaan tentang seorang Samaria yang baik hati. Melihat saudara sebangsanya tergeletak di pinggir jalan dalam keadaan babak belur dan setengah mati, seorang imam dan seorang Lewi Yahudi samasekali tak tergugah dan tak tergerak untuk menolong. Alkitab mencatat kedua orang itu melewatinya dari seberang jalan. Sikap sang imam dan orang Lewi yang harusnya menjadi panutan, bertolak belakang dengan sikap orang Samaria yang notabene tidak bersahabat dengan orang Yahudi. “...dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.” Bukan hanya sebatas berbelas kasihan, ia membalut luka-lukanya, menyiraminya dengan minyak dan anggur. Lalu menaikkan orang itu ke atas keledai tunggannya sendiri dan membawanya ke penginapan dan merawatnya. Masih belum cukup, Alkitab mencatat, keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan, seraya berkata, “Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.”
Luar biasa! Tanpa pikir panjang, tanpa mempertimbangkan untung/rugi atau memandang ras, warna kulit, atau kedudukan, orang Samaria ini langsung bertindak, menolong orang yang sedang sekarat itu, dan menolongnya sampai tuntas! Inilah wujud kasih Allah dalam tindakan. Pertama, karena pada mulanya Ia menciptakan manusia menurut gambar dan rupaNya – Kejadian 1:26-27. Dengan tanganNya sendiri Ia membentuk manusia, dan meniupkan nafas kehidupan ke dalam hidungnya sehingga manusia menjadi makhluk yang hidup – Kejadian 2:7. Kedua, sebab hati Allah tergerak oleh belas kasihan melihat manusia tak berdaya, babak belur, hampir mati dalam kebinasaan, dan tak mampu bangkit dan menyelamatkan dirinya sendiri. Sama seperti yang dilakukan orang Samaria yang baik hati. Allah tidak rela manusia yang dibentuk dengan tanganNya sendiri, yang telah diberiNya nafas kehidupan (Roh Kudus), binasa akibat dosa yang membelenggu mereka. KarenaNya, Dia rela mati untuk menebus (= membeli kembali) manusia! Hanya darah Yesus yang dapat menyelamatkan saudara dan saya – 1 Petrus 1:18-19, bukan emas atau perak, bukan pula amal dan perbuatan baik kita!
Kisah Para Rasul 4:12 – ”Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.”
Adakah Kasih Allah masih berkobar-kobar di dalam kita? Jika telah mulai redup, inilah saatnya untuk mengobarkannya kembali. Selagi masih ada kesempatan, seperti orang Samaria yang baik hati, mari tunjukkan kasih Allah seutuhnya kepada sesama tanpa pandang bulu. Dan Nama Tuhan akan dipermuliakan. Haleluya! Tuhan memberkati pelayanan kasih saudara! |
< Prev | Next > |
---|
Pesan Pdt. A.H. Mandey untuk Tahun 2011 kepada Jemaat Ketapang:
Tahun 2011 adalah Tahun Pelayanan kepada Tuhan
Khotbah |
Kesaksian |
Pelajaran Alkitab |
Artikel |
Ingin Tahu? |
Renungan Minggu Ini |
Info Sehat |
Berita |
Permohonan Doa |
Keselamatan |
Photo Gallery |
Download |
Alkitab Online |
Literature |
Audio Video |