Hati Seorang Hamba

Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan. (Luk 17:10)

Beberapa waktu yang lalu, seseorang yang berseberangan dengan keyakinan kita menjadi viral karena perkataannya yang menghina Yesus Kristus dan salib-Nya. Sebagian dari umat Tuhan sibuk berkometar, baik secara halus maupun tegas dan blak-blakan, dengan menilainya sebagai penista agama. Saya pribadi malah teringat pada sesosok hamba Tuhan yang telah berpulang beberapa tahun yang lalu. Suatu ketika, saya berkesempatan untuk mewawancarainya di meja makan rumahnya. Perbincangan santai pun tak terhindarkan, karena kami ditemani dengan banyak suguhan di atas meja makan. Namun, ada satu kalimat beliau yang begitu “lekat” di hati ini. Ibu pendeta itu berkata, “Saya merasa belum melakukan apa-apa buat Tuhan, padahal Tuhan Yesus setiap hari bikin yang baik buat saya.” Waw! Saya terbelalak mendengar perkataannya itu. Anda pasti juga akan terkaget-kaget bila mengetahui betapa banyaknya karya pelayanan yang sudah ia lakukan.

Sebagai putri seorang pendeta besar, yang kemudian menjadi istri dari pendeta kenamaan juga, jejak karya pelayanannya jelas terlihat oleh banyak orang. Umat yang dipercayakan Tuhan untuk mereka gembalakan begitu merasakan kasih sayang seorang ibu gembala yang baik. Terbukti, begitu banyak orang yang menangisi kepergiannya. Ibadah penghiburan harus digelar berhari-hari, dan banyak orang sengaja menempuh perjalanan jauh demi melihat wajahnya untuk terakhir kalinya. Saya pun teringat pada nats bacaan kita di atas.

Dulu, kelompok sel kami begitu favorit dengan lagu: “Bukan karna kebaikanku. Bukan karna baik rupaku. Bukan karna kelebihanku. Ku dipilih dan dipakai-Nya. Bila aku dapat, itu anugrah-Nya. Bila aku punya semua daripada-Nya. ….” Ya, kita hanyalah hamba-Nya. Jika sampai saat ini Tuhan masih memberi kita kesempatan untuk berkarya di mana pun Dia menempatkan kita, itu adalah anugerah-Nya. Mari tanamkan dalam hati bahwa segala yang kita kerjakan, semuanya adalah karena kebaikan-Nya. Allahlah yang mengerjakan semuanya dalam semua orang (1 Korintus 12:6). Dengan mengakui kuasa Allah, kita tidak akan “terjebak” buat menjadi sombong dan merasa berhak untuk menghina sesama, seberapa pun perbedaan di antara kita. (em)

DOA: “Ya Allah, Engkaulah yang telah memampukanku untuk menjadi seperti sekarang ini. Berikanku hati yang mengasihi setiap ciptaan-Mu, sebagai bentuk rasa hormatku kepada-Mu. Amin.”