HomeInfo RohaniRingkasan KhotbahKhotbah Minggu, 19 April 2015

Khotbah Minggu, 19 April 2015

RAHASIA KEBERHASILAN YUSUF
Ayat Pokok: Kejadian 39:1-20
Oleh: Pdt. Wilson Sormin (GPdI Binjai, Medan)

Keberhasilan tidak ditentukan oleh tingginya IQ seseorang. Ada banyak orang pintar, tetapi tidak menjadi orang berhasil. Ada orang biasa-biasa saja (tidak terlalu pintar), tetapi menjadi orang berhasil. Keberhasilan juga tidak ditentukan karena memiliki banyak keahlian atau bakat (multi talenta), karena kenyataannya ada banyak orang yang memiliki banyak keahlian, bakat tetapi tidak menjadi orang berhasil. Keberhasilan juga bukan faktor keberuntungan. Untuk meraih keberhasilan, ada banyak faktor yang harus berperan di dalamnya, yang paling utama adalah melibatkan Tuhan. Sebagian besar orang salah mengartikan tentang sebuah keberhasilan. Kalau orang mempunyai harta yang banyak, titel, rumah dan fasilitas mewah, dikatakan berhasil. Sebenarnya itu hanya sebagian saja dari keberhasilan. Arti yang sebenarnya dari keberhasilan adalah hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Meskipun kita mempunyai banyak harta dan fasilitas mewah, namun bila tidak bisa hidup sesuai dengan kehendak Tuhan, kita tergolong orang yang gagal. Mari kita belajar dari keberhasilan Yusuf. 

Tiga hal yang membuat Yusuf berhasil.

  • Karena Tuhan menyertai Yusuf (ay. 2-3). Ada orang kerja keras tidak mengenal waktu, tetapi tidak berhasil sebab ia tidak melibatkan Tuhan di dalamnya. “Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya” (Ams. 10:22). “Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah, sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur” (Maz. 127:2). Semua orang kerja ada upahnya. Itu adalah berkat umum yang diberikan Tuhan agar manusia bisa tetap hidup. Tuhan juga memberikan panas, hujan, oksigen secara gratis kepada semua orang. Tetapi ada berkat khusus yang tidak diberikan kepada semua orang, berkat khusus itu hanya diberikan Tuhan kepada orang yang dicintai-Nya. Saudara pilih yang mana? Berkat Umum atau berkat khusus? Kalau mau mendapatkan berkat khusus, kita harus berusaha hidup dicintai oleh Tuhan. “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Mat. 6:33). Apa yang dimaksud “semuanya itu”? Yaitu segala sesuatu yang kita butuhkan. Tuhan tidak memberikan semua yang kita inginkan, tetapi Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan/perlukan. Tuhan yang membuat Yusuf berhasil, Tuhan yang sama yang diimani oleh Yusuf itulah yang membuat kita berhasil.
  • Karena ia adalah orang yang dapat memanfaatkan kesempatan (ay. 4-6). Yusuf memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh tuannya dengan sebaik-baiknya, ia bekerja dengan jujur dan rajin. “Orang bodoh melewatkan kesempatan, orang pintar memanfaatkan kesempatan, orang jenius menciptakan dan memanfaatkan kesempatan.”
  • Yusuf memiliki sikap mental positif. Hasil survey penelitian di sebuah buku menjelaskan bahwa peranan ilmu pengetahuan untuk menolong seseorang meraih sebuah keberhasilan hanya 10%, sedangkan keahlian (skill) 15%, kebiasaan (habit) 25%, sikap mental positif 50% ! Sekalipun tingkat kepandaian yang kita miliki tidak seberapa, namun bila mempunyai sikap mental yang positif memungkinkan kita meraih keberhasilan. Yusuf tidak menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan majikannya kepadanya (ay. 7-9). Dengan tegas ia menolak ajakan istri tuannya untuk tidur dengannya. Bisakah kita meneladani Yusuf? Kalau kita hidup takut akan Tuhan, pasti bisa.

Tiga Falsafah hidup (Lukas 10:30-37)

  1. Falsafah hidup yang dimiliki seorang imam -> tidak menolong, jalan terus melanjutkan perjalanannya.
  2. Falsafah hidup yang dimiliki seorang Lewi -> diam saja dan terus berjalan.
  3. Falsafah hidup yang dimiliki seorang Samaria -> menolong dan membawanya ke penginapan agar menerima perawatan serta membiayainya.

Yusuf rela menderita demi kebenaran, bahkan rela membayar harga demi sebuah kebenaran (ay. 11-20). Masuk penjara karena difitnah istri Potifar, tuannya. Tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Saudara-saudaranya yang dulu telah menjualnya ke Mesir, sedang dalam kesulitan dan datang ke Mesir untuk membeli gandum, tetapi Yusuf yang pada waktu itu sudah menjadi penguasa di Mesir, tidak membalasnya dengan kejahatan karena dia sudah mengampuni saudara-saudaranya itu (Kej. 45:5-8). Kalau dulu Yusuf tidak dijual ke Mesir, pasti mereka semua mati kelaparan. Orang yang menyakiti, mengecewakan adalah alat yang dipakai Tuhan untuk membentuk hidup kita menjadi lebih baik. Tuhan sudah mengampuni dosa-dosa kita yang demikian besar, mengapa kita tidak mau mengampuni orang lain? Mau mengampuni orang berarti kita hidup dalam kebenaran.

Mari kita belajar dari keberhasilan Yusuf, hidup seturut kehendak Tuhan supaya Tuhan menyertai dan memberkati hidup kita. Tuhan Yesus memberkati saudara.

Must Read