Kemuliaan Stefanus

Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan … dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus. (Ef 1:18)

Semua pasti pernah membaca kisah Stefanus di dalam kitab Kisah Para Rasul. Jika kisah hidup Yusuf disebut sebagai sebuah keberhasilan, maka kisah hidup Stefanus saya menyebutnya sebagai kemuliaan. Apa beda keberhasilan dan kemuliaan? Berhasil menurut KBBI adalah mendatangkan hasil, ada hasilnya; beroleh (mendapat) hasil, berbuah, tercapai maksudnya. Sedangkan kemuliaan adalah tinggi (tt kedudukan, pangkat, martabat), tertinggi, terhormat; 2 luhur (budi dsb), baik budi (hati dsb); bermutu tinggi; berharga (tt logam, msl emas, perak, dsb). Jika kita diminta memilih, manakah yang akan kita pilih: menjadi berhasil atau memperoleh kemuliaan?

Yusuf berhasil menduduki puncak kepemimpinan di Mesir. Hanya Firaun saja yang lebih berkuasa atasnya. Bagaimana dengan Stefanus? Alkitab mencatat: “Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Lalu katanya: “Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah.” (Kisah Para Rasul 7:55,56). Kemuliaan dan kehormatan Stefanus adalah Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Banyak ayat yang mengatakan di sorga Yesus duduk di sebelah kanan Allah. Tetapi kali ini demi seorang Stefanus, Yesus berdiri menyambutnya dalam Kerajaan Sorga.

Perjanjian Lama banyak mengisahkan ‘keberhasilan’ secara duniawi: kekayaan yang melimpah dan dihormati manusia. Lihatlah Abraham, Ishak, Yakub, Yusuf, Ayub, Salomo, dlsb. Tetapi Perjanjian Baru lebih menekankan ‘kemuliaan’ secara rohani. Sebab, manakah lebih tepat – menyebut hidup Stefanus, Paulus, Petrus, Yohanes, dan tokoh lainnya dalam Perjanjian Baru, yang banyak di antaranya menjadi sahidnya Tuhan; berhasil atau mulia?

Berdoa meminta berhasil seperti Yusuf sama sekali bukan dosa. Tetapi bila Allah justru memilihkan bagi kita untuk menerima kemuliaan-Nya, maka itu berarti Allah telah menjadikan mata hati kita terang, sehingga kita mengerti pengharapan yang terkandung dalam panggilan-Nya, yaitu betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi kita orang-orang kudus-Nya. (Efesus 1:18). Maukah kita menjadi kaya dalam kemuliaan-Nya? (tw)

DOA : “Tuhan Yesus, aku mengucap syukur untuk apapun juga yang Engkau tentukan bagiku. Sebab itu mulia, walau kadang tidak di mata manusia. Amin.”

Must Read